BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Allah SWT telah menciptakan manusia dengan sesempurna mungkin. Kemudian
Allah SWT turunkan para nabi-Nya utk membimbing mereka kearah jalan yg benar.
Seluruh rangkaian kenabian ditutup dgn diutusnya Nabi Muhammad SAW dilengkapi
dgn petunjuk Al Qur`an utk seluruh ummat manusia dimana nabi-nabi sebelumnya
hanya diutus kepada kaumnya.
Kata Sufi sangat berkaitan
erat dengan tasawuf. Para ulama dan peneliti
tidak ada yg sepakat asal usul kata tasawuf paling tidak ada tujuh perbedaan : [1]
1.Dari kata yg berarti bersih seperti kata
Mahmud Amin An-Nawawy Artinya; “Segolongan ahli tasawuf berkata bahwasanya
pemberian nama menjadi sufiyah krn kesucian rahasianya dan kebersihan
kelakuannya.”
2. Istilah sufi adl nama yg dinisbatkan
kepada kata yg bentuk jama`nya berarti shaf atau barisan. Hal ini sesuai dgn
keterangan Mahmud Amin An-Nawawy yg mengatakan ” Segolongan berkata; bahwasanya
mereka menamakan shufiyah krn mereka berada pada posisi shaf yg terdepan disisi
Allah `Azza Wa Jalla dgn ketinggian cita-citanya kepada-Nya dan utk bertemu
dengan-Nya serta hatinya selalu tegak disisi-Nya.”
3. Istilah sufi adl nama yg dinisbatkan
kepada perkataan yg diberikan kepada orang-orang Shufi dimasa Rasulullah SAW
krn mereka menempati gubuk-gubuk yg telah dibangun oleh Rasulullah SAW
disekitar masjid Madinah. Hal ini sesuai dgn keterangan Abul`Alaa`Afiefy yg
mengatakan ” Shufi berkaitan dgn Ahlush Shuffah; yaitu nama yg dikhususkan
kepada beberapa Fakir-Muslim pada masa permulaan Islam. Mereka itu termasuk
orang-orang yg tidak memiliki rumah. Maka mereka menempati gubuk yg telah
dibangun oleh Rasulullah SAW diluar Masjid Madinah”.
Tetapi Mahmud Amin An-Nawawy mengatakan
“Segolongan berkata Bahwasanya mereka menamakan dirinya Shufiyah krn
sifat-sifatnya mirip dgn sifat-sifat Ahlus Shuffah yg dimasa Rasulullah SAW “.
4. Istilah sufi adl nama yg dinisbatkan
kepada kata yg artinya bulu atau wol. Karena orang-orang Tasawuf pada umumnya
mengkhususkan dirinya dgn memakai pakaian yg berasal dari bulu domba. Hal ini
dikatakan oleh Qusyairy ” Adapun orang-orang yg mengatakan bahwa berasal dari
kata Shuuf adl dia berpakaian Shuuf jika ia memakai baju bulu; sebagaimana
dikatakan dia berpakaian kemeja bila memakai kemeja”.
5. Istilah sufi adl nama yg dinisbatkan
kepada kata yg artinya pilihan . Hal ini dikatakan oleh Yusuf bin Al-Husein
“Setiap umat terdapat orang-orang pilihan ; dan mereka adl titipan Allah yg
tersembunyi dari makhluk-Nya Apabila terdapat orang-orang tersebut pada ummat
ini maka mereka itulah Shufiyah”.
6. Istilah sufi adl nama yg dinisbatkan
kepada keterangan Karena pada umumnya orang-orang tasawuf menonjolkan dirinya
dgn menunjukkan sifat-sifatnya yg terpuji. Hal ini diterangkan oleh Mahmud Amin
An-Nawawy ” Pernah Asy Syibly ditanya Mengapa orang-orang Shufi dinamakan Shufi
? Ia menjawab Karena padanya terlukis adanya gambaran dan ketetapan sifat ?.
7. Istilah sufi adl nama yg dinisbatkan
kedalam bahasa Yunani; dari kata “Sopos” atau “Sapis” yg dapat diartikan dgn
“Ahli Mistik”. Dan sesungguhnya ada dua macam kata bahasa Arab “Shufiyyu” dan
“Shaafiyyu” bersumber dari kata asli bahasa Yunani dari kata “Sopos” dan
“Sapis” “.
Pola hidup sufi memotivasi
lahirnya hidup zuhud, motivasi lahirnya pola hidup zuhud ini adalah rasa takut,
yaitu rasa takut yang muncul dari landasan amal keagamaan secara
sungguh-sungguh.[2]
Zuhud adalah berpaling dan meninggalkan sesuatu yang disayangi yang
bersifat material atau kemewahan duniawi dengan mengharap dan menginginkan sesuatu
wujud yang lebih baik dan bersifat spiritual atau kebahagiaan akhirat.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah
pengertian pola hidup sufi?
2.
Apa
saja tahap-tahapan yang membentuk pola hidup sufi?
3.
Apa
saja
prinsip-prinsip riyadhah seorang salik?
4.
Bagaimana pola hidup sufi menurut
beberapa tokoh?
5.
Bagaiman implementasi pola hidup sufi terhadap
kehidupan, terutama bagi kehidupan kita sendiri?
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Untuk megetahui pengertian dari pada pola hidup sufi
2.
Untuk mengetahui tahap-tahapan yang harus dilalui untuk membentuk
pola hidup sufi
3.
Untuk mengetahui prinsip-prinsip riyadhah seorang salik
4.
Untuk mengetahui bagaimana pola hidup
sufi menurut beberapa tokoh
5.
Untuk mengetahui bagaimana mengimplementasikan
pola-pola hidup sufi terhadap kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna
Pola Hidup Sufi
Pola hidup sufi yaitu menempuh jalan yang
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan jalan meninggalkan sesuatu yang
disayangi yang bersifat material atau kemewahan duniawi dengan mengharap dan
menginginkan sesuatu wujud yang lebih baik untuk kebahagiaan akhirat.
Dengan demikian, seorang sufi adalah tipe
seorang muslim yang menjadi contoh bagi nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi,
menjadi kumpulan bintang kehidupan yang penuh dengan ketekunan dan kesungguhan,
amal rohani, dan peradapan yang langgeng. Seorang sufi hidup dengan badan
beserta budi pekerti dan jiwa beserta hakikat kebenaran.[3]
B. Tahapan-Tahapan
dalam Membentuk Pola Hidup Sufi[4]
Dalam dunia
tasawuf, agar seseorangi dapat menjadi manusia sempurna dan akhirnya dapat
bersatu dengan tuhan, mereka harus melakukan cara atau metode kesufian. Metode yang
digunakan para sufi pada umumnya adalah : takhalli, tahalli, dan tajalli.
Takhalli
merupakan langkah pertama yang harus ditempuh para sufi. Dalam langkah awal ini
seorang sufi berusaha keras
mengosongkan dirinya dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi.
Pada tahap ini
para sufi berjuang keras untuk dapat mengosongkan jiwa mereka dari segala sifat
tercela. Sifat-sifat tercela itu antara lain adalah: Hasad, Hiqd, Su'udh dhon, Takabbur,
Nifaq, Riya’, Bakhil, Ghadhab, Ghibah, Hubbud dunya, Syarhul kalam, dan Namimah.
Langkah
kedua setelah tahap takhalli adalah tahalli. Dalam hal ini setelah kaum sufi
melakukan pembersihan diri dari segala sifat dan mental tidak baik, maka usaha
mereka itu harus dilanjutkan ketahap kedua yang disebut tahalli.
Pada tahap
tahalli ini, kaum sufi harus berusaha seoptimal mungkin untuk dapat mengisi diri mereka dengan
sifat-sifta terpuji. Indikator
dari sifat-sifat yang terpuji
itu dalam Islam antara lain yaitu: Taubat, Zuhud, Khauf, Sabar, Syukur, Ikhlas,
Tawakal, Ridha, dan Dzikrul maut.
Langkah ketiga adalah tahap tajalli. Tajalli adalah tersingkapnya nur ghaib bagi hati manusia. Apabila jiwa manusia telah
terisi dengan butir-butir mutiara akhlak dan organ-organ tubuh sudah terbiasa
melakukan perbuatan-perbuatan luhur, maka hasil yang telah diperoleh itu tidak
berkurang, dan perlu penghayatan rasa ketuhanan.
Tahap tajalli terdiri dari beberapa tingkatan.
Tingkatan-tingkatan yang disebut adalah:
1)
Mahabbah
Mahabbah adalah
cinta, maksudnya adalah cinta kepada Tuhan. Pengertian yang diberikan kepada
mahabbah antara lain adalah (a) memeluk kepatuhan kepada tuhan dan menbenci
skap melawan kepada-Nya, (b) menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi, dan
(c) mengosongkan hati dari segala-galanya keculai dari diri yang dikasihi
2)
Makrifat
Dalam tasawuf makna
makrifat sering diartikan sebagai mengetahui Tuhan dari dekat atau mengetahui
Tuhan dengan pengetahuan yang berasal dari hati sanubari. Oleh karena itu dalam
pandangan sufi bahwa makrifat itu merupakan upaya mengenal tuhan secara
langsung dengan tanpa disertai perantara dan keraguan sedikitpun dan
berdasarkan petunjuk dari Tuhan, maka dapatlah dikatakan bahwa subyek dari
makrifat itu adalah dzat ketuhanan, dan sifat dari makrifat tersebut adalah
ilham dari Tuhan, dan makrifat itu respon dari Tuhan trhadap usaha seorang sufi
didalam mencintai Tuhan.
3)
Ittihad
Ittihad merupakan
suatu tingkatan dalam tasawuf dimana sufi telah merasadirinya bersatu dengan
Tuhan, saat yang mencintai dan yang dicintai telah menyatu, sehingga salah satu
dari mereka dapat memanggil yang lain dengan “hai aku”.
4)
Hulul
Hulul merupakan
istilah sufi seperti dikatakan oleh abu nasr al tussi didalam al lumak adalah
faham yang mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk
mengambil tempat di dalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam
tubuh itu dilenyapkan
5)
Wahdahul
wujud
Untuk memahami
pengertian wahdad al wujud pertama harus dipahami pengertian wahdad dan wujud.
Istilah wahdah biasanya dipahami dengan pengertian kesatuan sedangkan kata
wujud adalah masdar dari kata wujida yang berarti ditemukan.
C. Prinsip-Prinsip Riyadhoh Seorang Salik
Prinsip-prinsip
riyadhah seorang salik secara universal yaitu;
dalam prinsip riyadhah seorang salek, titik yang paling fundamental terdapat pada qalbu. Artinya bahwa prinsip utamanya adalah melaksanakan seluruh syariat yang ada sebagai metode dalam pembersihan jiwa, sehingga qalbu yang merupakan alat pengetahuan (lahum qulubun la yafqahuna biha) bisa teraktualkan. bahwa alam eksternal ini memiliki hakekat yang satu. Ada dhohirnya dan ada batinnya, dhohirnya menampakkan kemajemukan sedangkan batinnya menampakkan ketunggalan. maka seseorang lebih banyak berurusan dengan Ilmu kehadiran (ilmu hudhuri). Seseorang meyakini bahwa antara manusia dengan hakekat terjalin hubungan hudhuri dan syuhudi. seseorang itu meyakini konsep riyadhah dan mujahadah.[5]
dalam prinsip riyadhah seorang salek, titik yang paling fundamental terdapat pada qalbu. Artinya bahwa prinsip utamanya adalah melaksanakan seluruh syariat yang ada sebagai metode dalam pembersihan jiwa, sehingga qalbu yang merupakan alat pengetahuan (lahum qulubun la yafqahuna biha) bisa teraktualkan. bahwa alam eksternal ini memiliki hakekat yang satu. Ada dhohirnya dan ada batinnya, dhohirnya menampakkan kemajemukan sedangkan batinnya menampakkan ketunggalan. maka seseorang lebih banyak berurusan dengan Ilmu kehadiran (ilmu hudhuri). Seseorang meyakini bahwa antara manusia dengan hakekat terjalin hubungan hudhuri dan syuhudi. seseorang itu meyakini konsep riyadhah dan mujahadah.[5]
D. Pola
Hidup Sufi Menurut Beberapa Tokoh
Pola hidup sufi menurut para tokoh-tokoh sufi:
·
Ibnu
Taimiyah
Pengertian sufi
menurut Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa mereka adalah sekelompok
orang-orang yang memilih untuk berpakaian wol (shuf) dan mengasingkan
diri dari masyarakat dan berkhalwat dalam berbagai padepokan dan pondok yang
ada di dalam pegunungan (daerah-daerah yang jauh dari masyarakat). Sebagaimana
pengertian sufi yang telah disebutka sebelumnya, terlihat jelas bahwa istilah
sufi ada itu dinishbatkan (disandarkan) pada kata shuf yang
berarti wol dengan pengertian sebagaimana yang telah disebutkan.[6]
Dia sejak kecil
memiliki tanda-tanda kejuhudan, ketaqwaan serta ke wira’an tanda-tanda itu
telah tampak pada dirinya. Perwujudan cintanya kepada Allah dengan cara dzikir,
menjauhkan diri dari hal-hal yang syubhat, memelihara sifat-sifat yang terpuji,
berakhlakul karimah, berpenampilan simpati, ia juga telah hafal al-qur’an sejak
umur 10 tahun ia memiliki ingatan yang kuat.
Beliau
termasuk zahid yang berani, tidak takut dibunuh dalam mengemukakan kritik
terhadap penguasa. Beliau sangat mencela kehidupan para penguasa yang
bergelimang dalam kemewahan, hidup berfoya-foya dengan kekayaan negara yang
diperoleh dari hasil ekspansi dan kemajuan Islam, sementara masih banyak rakyat
yang hidup dalam kemelaratan. Beliau lantang memberi nasihat kepada umat islam
agar jangan mengikuti perikehidupan mereka yang telah rusak moralnya itu, yang
jauh dari ajaran Nabi SAW. dan para sahabat. Beliau juga melarikan diri dari
Al-Mahdi ketika Khalifah itu hendak mengangkatnya sebagai Hakim Agung.
·
Imam
Al-Ghozali[9]
Menurut
beliau, Para Sufilah pencari kebenaran yang paling haqiqi. Menurutnya, jalan
Para Sufi adalah paduan ilmu dan amal, sementara buahnya adalah keluhuran
moral.
Perbedaan
Al-Ghozali dengan para Sufi lainnya adalah karena beliau telah menjadikan
tasawuf sebagai jalan Alloh.
Jalaluddin
Ar-Rumi dipandang sebagai Sufi yang menganut aliran kesatuan wujud. Sebagaimana
Sufi-Sufi sebelumnya yang sealiran, pahamnya ini didasari atas teori fana’,
seperti tampak dalam riwayat berikut :
“ Apakah ma’na ilmu tauhid ?”
hendaklah kau bakari dirimu dihadapan yang Maha Esa. Seandainya kau ingin
cemerlang bagai siang hari, bakarlah eksistensimu (yang gelap) seperti malam,
dan luluhkan wujudmu dalam wujud pemelihara wujud, seperti luluhnya tembaga
dalam adonannya.dengan begitu kau bisa mengendalikan genggamanmu atas “Aku” dan
“Kita”, dimana semua kehancuran ini tidak lain timbul dari dualisme.
E.
Implementasi
Terhadap Kehidupan Terutama Bagi Hidup Kita Sendiri[11]
Sebagai makhluk
Alloh, tentu saja kita harus selalu berserah diri kepada Alloh dan beribadah
kepada-Nya. Hal ini sesuai dengan firman Allah:‘QS. Ad Dzariyaat: 56 yang
artinya :
“Dan tidaklah kuciptakan manusia dan jin kecuali untuk menyembah kepadaku”.
Jadi pada
hakekatnya kita melakukan aktifitas kehidupan adalah dalam rangka beribadah kepada Allah. Untuk bisa mencapai maksud
tersebut kita niatkan segala amal kita untuk mencapai ridho Allah.
Sabda Nabi
Muhammad SAW. yang artinya :
“Sesunguhnya
setiap amal adalah tergantung niatnya….” (HR Buchari).
Dalam kehidupan
sehari-hari kita harus benar-benar
berpegang pada hadits Rasullulah :
“
Apa-apa yang telah
kami larang untukmu, maka jauhilah dan apa-apa yang telah kami perintahkan
kepadamu, maka kerjakanlah sebisamu. Celakanya orang-orang
sebelum kamu adalah karena banyak pertanyaan dan perselisihan terhadap
nabi-nabi mereka (tidak mau taat dan patuh).” (HR. Buchari – Muslim)
Dengan demikian
insyaAllah dengan sendirinya kita dapat mengimplamentasikan cara hidup para ulama’ sufi ke
dalam kehidupan kita.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Pola
hidup sufi memotivasi lahirnya hidup zuhud, motivasi lahirnya pola
hidup zuhud ini adalah rasa takut, yaitu rasa takut yang muncul dari landasan
amal keagamaan secara sungguh-sungguh.
·
Untuk menjadi manusia sempurna dan
akhirnya dapat bersatu dengan tuhan, seseorang harus melakukan cara atau metode kesufian. Metode
yang digunakan para sufi pada umumnya adalah : takhalli, tahalli, dan tajalli.
·
Prinsip – prinsip riyadhah seorang salik
secara universal yaitu :
dalam prinsip riyadhah seorang salek, titik yang paling fundamental terdapat pada qalbu.
dalam prinsip riyadhah seorang salek, titik yang paling fundamental terdapat pada qalbu.
·
Implementasi bagi kehidupan kita setelah
kita mempelajari materi tersebut yaitu sebagai hamba Alloh, janganlah kita
bekerja hanya untuk kepentingan dunia saja, minimal kita harus bisa
menyeimbsangkan antara kehidupan dunia dan akhirat, karena kewajiban kita
sebagai hamba Alloh adalah menyambah hanya kepada Alloh saja.
B.
Kritik dan Saran
_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Asmaran.2002.Pengantar Studi
Tasawuf.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Fu’adi, Imam.2004.Menuju Kehidupan Sufi.Jakarta: PT Bina
Ilmu
Zaki Ibrahim,Muhammad.2004.Tasawuf Hitam Putih.Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri
Citra.2011.Pola Hidup Sufi, (ONLINE), (http://citrariski.blogspot.com, di akses 9 Juni
2011)
………2008, Penyeimbangan
Implementasi Islam dan Iman, (ONLINE), (http://id.wordpress.com/tag/pasca-abad-3h, di akses 9
Juni 2011)
…….2010. Prinsip
Riyadhoh Seorang Salik, (ONLINE), (http://asadiku.wordpress.com,
di akses 9 Juni 2011
…….2010.
Tasawuf, (ONLINE), (http://blog.re.or.id/tasawuf-1,
di akses 9 Juni 2011)
[1] …….2010. Tasawuf, (ONLINE), (http://blog.re.or.id/tasawuf-1, di
akses 9 Juni 2011)
[3]
Muhammad Zaki Ibrahim, Tasawuf
Hitam
Putih (solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2004) hlm. 112
[5] …….2010. Prinsip Riyadhoh
Seorang Salik, (ONLINE), (http://asadiku.wordpress.com,
di akses 9 Juni 2011)
[7]
Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2002), hlm.274
[8]
Ibid.
[9] Ibid., hlm. 338.
[10]
Ibid., hlm. 369.
[11]…….2007, Penyeimbangan Implementasi Islam
dan Iman, (ONLINE), (http://id.wordpress.com/tag/pasca-abad-3h, di akses 9 Juni 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar