Perkembangan Intelegensi Anak
Perkembangan intelegensi anak menurut Piaget
mengandung tiga aspek yaitu structure, content, dan function.
Jadi, intelegensi anak yang sedang mengalami perkembangan, struktur (structure)
dan content intelegensinya berubah atau berkembang. Di mana fungsi dan
adaptasi akan tersusun sedemikian rupa, sehingga melahirkan rangkaian
perkembangan, dan masing-masing mempunyai struktur psikologis khusus yang
menentukan kecakapan pikiran anak. Adapun tahap-tahap perkembangan menurut Piaget
ialah kematangan, pengalaman fisik atau lingkungan, transmisi sosial, dan equilibrium
atau self regulation. Selanjutnya Piaget membagi tingkat perkembangan
sebagai tahap: sensori motor, berpikir pra operasional, berpikir operasional
konkret, dan berpikir operasional formal.
1. Tahap sensori-motor (0-2 tahun)
Pada tahap ini, bayi mempergunakan sistem
penginderaan dan aktivitas-aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya
mengenal objek-objek. Meskipun ketika dilahirkan seorang bayi masih sangat
tergantung dan tidak berdaya, tetapi sebagian alat-alat inderanya sudah
langsung bisa berfungsi. Contoh yang jelas dapat dilihat pada “kemampuan” bayi
untuk menggerakkan otot-otot disekitar mulut, gerakan mengenyot bilamana mulut
tersentuh pada sesuatu, misalnya putting susu ibunya. Bayi bukan saja secara
pasif menerima rangsang-rangsangan terhadap alat-alat inderanya, melainkan juga
bisa memberikan jawaban terhadap rangsang yakni refleks-refleks. Jelas bahwa
refleks yang diperlihatkan bayi bukan sesuatu kemampuan yang timbul dari hasil
belajar dalam hubungan dengan lingkungan atau rangsang yang timbul dari
lingkungan, melainkan suatu kemampuan yang sudah ada ketika bayi dilahirkan.
Dalam perkembangan lebih lanjut, sebagaimana dikemukakan oleh I.P. Pavlov yang
menjadi pendahulu refleksologi, satu refleks bisa berpindah dan dikembangkan
dengan reflek-reflek lain melalui kondisi-kondisi yang dibuat dari luar
(lingkungan) sebagai inti dasar rangkaian gerak atau perbuatan yang sederhana,
terutama pada gerak motorik.
Masa sensori motor terbagi menjadi 6 sub masa,
yaitu:
a. Modifikasi dari refleks-refleks
(0-1 bulan)
Pada masa ini refleks menjadi lebih efisien dan
terarah.
b. Reaksi pengulangan pertama (1-4
bulan)
Yaitu pengulangan gerak-gerik yang menarik pada
tubuhnya.
c. Reaksi pengulangan kedua (4-10
bulan)
Yaitu pengulangan keadaan atau obyek yang
menarik.
d. Koordinasi reaksi-reaksi sekunder
(10-12 bulan)
Yaitu menggabungkan beberapa skema untuk
memperoleh sesuatu.
e. Reaksi pengulangan ketiga (12-18
bulan)
Yaitu bermacam-macam pengulangan untuk memperoleh
hal-hal yang baru.
f. Permulaan berpikir (18-24
bulan)
Yaitu berpikir dahulu sebelum bertindak.
2. Tahap berpikir praoperasional (2-7
tahun)
Perkembangan yang jelas terlihat pada tahap ini
ialah kemampuan mempergunakan simbol. Fungsi simbolik, yakni kemampuan untuk
mewakilkan sesuatu yang tidak ada, tidak terlihat dengan sesuatu yang lain atau
sebaliknya sesuatu hal mewakili sesuatu yang tidak ada. Fungsi simbolik ini
bisa nyata atau abstrak. Misalnya pisau yang terbuat dari plastik adalah
sesuatu yang nyata, mewakili pisau yang sesungguhnya. Dengan berkembangnya
kemampuan mensimbolisasikan ini, anak memperluas ruang lingkup aktivitasnya
yang menyangkut hal-hal yang sudah lewat, atau hal-hal yang akan datang, di
samping tentu saja hal-hal yang sekarang. Pada akhir masa sensori motor, anak
sudah mulai mempergunakan fungsi simbolik, antara lain terlihat dengan
kemampuannya untuk melakukan hal-hal yang sudah lewat, sebagai hasil mengamati
sesuatu.
Pada masa praoperasional ini, anak bisa menemukan
obyek-obyek yang tertutup atau tersembunyi. Untuk bisa melakukan ini, anak
harus bisa melakukan simbolisasi terhadap obyek yang tidak ada atau tidak
diketahuinya ketika terjadi pemindahan obyek. Anak juga bisa melakukan sesuatu
sebagai hasil meniru atau mengamati suatu model tingkah laku. Perkembangan
kemampuan mensimbolisasikan sesuatu ini terlihat pula pada permainan yang
dilakukan anak-anak, misalnya kursi yang dijadikan kereta api, pensil yang
dianggap pistol, dan lain-lain.
3. Tahap berpikir operasional konkret (7-11
tahun)
Pada masa ini anak-anak sudah mulai bisa
melakukan bermacam-macam tugas. Menurut Piaget, anak-anak pada masa operasional
konkret ini bisa melakukan tugas-tugas konservasi dengan baik, karena anak-anak
pada masa ini telah mengembangkan tiga macam proses yang disebut dengan
operasi-operasi, yaitu:
a. Negasi
Pada masa praoperasional anak hanya melihat atau
memperhatikan keadaan permulaan dan keadaan akhir pada deretan benda yaitu pada
mulanya keadaannya sama dan pada akhirnya keadaanya menjadi tidak sama. pada
masa operasional konkret anak telah mengerti proses apa yang terjadi diantara
kegiatan itu dan memahami hubungan-hubungan antara keduanya.
b. Hubungan timbal balik
(resiprokasi)
Ketika anak melihat bagaimana deretan dari
benda-benda itu diubah, anak mengetahui bahwa deretan benda-benda bertambah
panjang tetapi tidak rapat lagi dibandingkan dengan deretan yang lain. Karena
anak mengetahui hubungan timbal balik antara panjang dan kurang rapat atau
sebaliknya, maka anak tahu pula bahwa jumlah benda-benda yang ada pada kedua
deretan itu sama.
c. Identitas
Anak pada masa operasional konkret ini sudah bisa
mengenal satu persatu benda-benda yang ada pada deretan-deretan itu. Anak bisa
menghitung, sehingga meskipun benda-benda dipindahkan, anak mengetahui bahwa
jumlah tetap sama.
Hal lain yang masih membatasi kemampuan berpikir
konkrit ialah apa yang oleh D. Elkind (1967) disebut egosentrisme. Egosintrisme
dalam arti kurang mempunyai si anak membedakan antara perbuatan-perbuatan serta
obyek-obyek yang secara langsung dialami dengan perbuatan-perbuatan atau
obyek-obyek yang hanya ada dalam pikiran anak.
4. Tahap berpikir operasional formal (11-15
tahun)
Pada tahap ini, seorang anak memperkembangkan kemampuan
kognitif untuk berpikir abstrak dan hipotesis. Pada masa ini anak bisa
memikirkan hal-hal apa yang akan atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak dan
menduga apa yang akan terjadi. Perkembangan lain pada masa anak atau bisa
disebut masa remaja ini ialah kemampuan untuk berpikir sistematik, bisa
memikirkan semua kemungkinan secara sistematik untuk memecahkan suatu
persoalan. Pada masa ini remaja juga sudah bisa memahami adanya bermacam-macam
aspek pada suatu persoalan yang dapat diselesaikan seketika, sekaligus. Tidak
lagi satu persatu seperti yang biasa dilakukan anak-anak pada masa operasional
konkrit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar