Selasa, 24 Januari 2012

Landasan Psikologi dalam Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Makalah ini kami susun berdasarkan Tugas Mata Kuliah Landasan Pendidikan, dengan sub bahasan “Landasan Psikologi dalam Pendidikan”. Dalam makalah ini dibahas tentang pentingnya psikologi pendidikan. Tidak dapat diagukan lagi sejak anak manusia yang pertama lahi ke dunia telah dilakukan usaha-usaha pendidikan. Manusia telah berusaha mendidik anak-anaknya kendatipun dalam cara yang sangat sederhana. Demikian pula semenjak manusia saling bergaul telah ada usaha-usaha dari orang-orang yang lebih mampu dalam hal-hal tertentu untuk mempengauhi orang lain teman bergaul mereka, untuk kepentingan kemajuan orang-orang bersangkutan itu. Dalam uraian ini dijelaskan kiranya bahwa masalah pendidikan adalah masalahnya setiap orang dari dulu hingga sekarang, dan diwaktu-waktu yang akan datang.
Keharusan bagi setiap pendidik adalah bertanggung jwab dalam melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan keadaan si anak didik. Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami sesama manusia dengan tujuan untuk dapat memperlakukannya dengan lebih cepat. Mengingat setiap orang pada suatu saat tentu melakukan kegiatan mendidik maka pada hakikanya psikologi pendidikan itu dibutuhkan oleh setiap orang. Kenyataan bahwa pada dewasa ini hanya para pendidik professional saja yang mempelajari psikologi pendidikan tidaklah dapat dipandang sebagai hal yang memang sudah selayaknya.

1.2      Tujuan Pembahasan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memaparkan perkembangan psikologi dalam pendidikan. Hal apa saja yang perlu dipelajari terkait psikologi pendidikan dan dampak dari pada konsep pendidikan.

1.3     Rumusan Masalah
1.3.1        Bagaimana psikologi perkembangan dalam pendidikan?
1.3.2        Bagaimana psikologi belajar dalam pendidikan?
1.3.3        Bagaimana psikologi social dalam pendidikan?
1.3.4        Apa saja dampak konsep pendidikan?












BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa yang mempelajari jiwa manusia terkait dengan tingkah laku manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengandalkan jasmani, yang dapat dipengaruhi alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dari kendali kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusisa itu sendiri.
 Pada umumnya para ilmuwan membagi psikologi menjadi 2 golongan, yaitu:
1.      Psikologi metafisika, yang menyelidiki hakikat jiwa seperti yang dilakukan  oleh Plato dan Ariestoteles.
2.      Psikologi Empiris, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia dengan menggunakan pengamatan atau observasi, percobaan atau eksperimen dan pengumpulan berbagai macam data yang ada hubungannya dengan gejala-gejala kejiwaan manusia.
Dalam perkembangan jiwa dan jasmani inilah seyogyanya anak-anak belajar sebab pada masa ini mereka peka untuk belajar, punya waktu yang banyak untuk belajar. Masa belajar ini bertingkat-tingkat sejalan dengan fase-fase perkembangan mereka. Oleh karena itu, layanan-layanan pendidikan terhadap mereka harus pula dibuat bertingkat-tingkat, agar pelajaran itu dapat dipahami oleh anak-anak.
2.1.1        Psikologi Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan pendekatan-pendekatan:
1.      Pendekatan pentahapan (perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu)
2.      Pendekatan diferensial (pendekatan ini memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan).
3.      Pendekatan ipsatif (pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai pendekatan individual).
Menurut Havinghurst fase-fase perkembangan disusun sebagai beikut:
1.      Tugas perkembangan masa anak-anak
Belajar berkata, makan makanan padat, berjalan, mengendalikan gerakan badan, mempelajari peran jenis kelaminnya sendir, stabilitas fisiologi, membentuk konsep sederhana tentang social dan fisik, belajar menghubungkan diri secara emosional dengan orang-orang lain, serta belajar membedakan yang benar dan yang salah.
2.      Tugas perkembangan masa anak
Belajar keterampilan fisik untuk keperluan bermain, membentuk sikap diri sendiri, belajar bergaul secara rukun, mempelajari peran jenis kelamin sendiri, belajar keterampilan membaca, menulis, dan berhitung, menghitung, mengembangkan konsep-konsep yang dibutuhkan dalam kehidupan.


3.                  Tugas perkembangan masa remaja
Membuat hubungan hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin, memperoleh peranan social yang cocok dengan jenis kelamin, mendapatkan kebebasan diri dari ketergantungan pada orang lain, mengadakan persiapan perkawinan dan kehidupan berkeluarga, mengembangkan perilaku tanggung jawab dan memperoleh sepeangkat nilai serta etika sebagai pedoman berperilaku.
4.                  Tugas perkembangan masa dewasa awal
Memilih pasangan hidup, belajar hidup rukun bersuami istri, memulai kehidupan punya anak, belajar membimbing dan merawat anak, mengendalikan rumah tangga, belaja bertanggung jawwab sebagai warga Negara.
5.                  Tugas perkembangan masa setengah baya
Bertanggung jawab social dan menjadi warga Negara yang baik, membina anak remaja agar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab serta bahagia, mengisi waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan tertentu, membina hubungan suami istri sebagai pribadi, menerima serta menyesuaikan diri dengan perubahan fisik diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan pertambahan umur.
6.                  Tugas perkembangan orang tua
Menyesuaikan diri dengan semakin menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan, menyesuaikan diri terhadap menurunnya pendapatan atau karena persiun, menjalin hubungan dengan klub lanjut usia, memenuhi kewajiban social sebagai warga Negara yang baik dan membangun kehidupan fisik yang memuaskan.
           
2.1.2   Psikologi Belajar
Belajar adalah perubahan perilaku yang relative permanen sebagai hasil pengalaman dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain. Konsep belajar sebagian terbesar dari proses perkembangan berlangsung melalui kegiatan mengajar yang di dasari atau tidak sederhana atau kompleks, belajar sendiri atau dengan bantuan guru, belajar dari buku atau media elektronik, belajar di rumah, di sekolah, di lingkunagan kerja atau di masyarakat
Dalam prosesnya, ada prinsip-prinsip belajar yang perlu diperhatikan, anatara lain:
1.      Kontinguitas (memberi situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidikan tentang respon anak diharapkan).
2.      Pengulangan (situasi  dan respon anak di ulang-ulang).
3.      Penguatan (respon yang benar  contoh di beri penguatan untuk mempertahankan respon itu).
4.      Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.
5.      Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak,
6.      Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam mengajar.
7.      Ada setrategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar.
8.      Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh factor-faktor dalam pengajaran.
Adapun unsur-unsur belajar adalah adanya tujuan unsure utama dalam proses belajar:
a.       Tujuan belajar dimulai karena adanya tujuan yang di inginkan atau di capai.
b.      Kesiapan untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu perlu memiliki kesiapan baik kesipan fisik dan psikis.
c.       Situasi kegiatan berlangsung dalam situasi belajar.
d.      Interpretasi dalam menghadapi situasai individu dalam mengadakan interpretasi yaitu melihat hubungan diantara komponen-komponen belajar.
e.       Respon berpegang kepada hasil dari interpretasi apakah individu mungkin mencapai tujuan yang diharapkan.
f.       Konsekuensi setiap usaha membawa hasil akibat konsekuensi entah itu berhasil ataupun tidak.
g.      Reaksi terhadap kegagalan selain keberhasilan kemungkinan lain yang diperoleh siswa adalah kegagalan.
Seorang pendidik harus memperhatikan dan melaksanakan langkah-langkah yang ada dalam proses belajar. Langkah-langkah belajar itu antara lain:
1.      Pendidik harus mengadakan persiapan dengan cermat.
2.      Pendidik dilaksanakan sedemikian rupa sehingga anak-anak merasa jelas memahami pelajaran itu, yang memudahkan asosiasi-asosiasi baru terbentuk.
3.      Asosiasi-asosiasi baru terbentuk antara materi yang dipelajari dengan setruktur  jiwa atau persepsi anak yang telah ada.
4.      Mengadakan generalisasi, pada saat ini terbentuklah suatu setruktur baru dalam jiwa anak.
5.      Mengaplikasikan pengetahuan yang baru didapat agar setruktur terbentuk semakin kuat.
Sedangkan perlengkapan peserta didik atau warga belajar sebagai subyek dalam garis besarnya dapat dibagi beberapa kelompok yaitu;
1.      Watak, ialah sifat-sifat yang dibawa sejka lahir yang hampir tidak dapat di ubah (watak pemarah, pendiam, menyendiri, suka berbicara, cinta kasih)
2.      Kemapuan umum atau IQ  (kecerdasan yang bersifat umum)
3.      Kemampuan khusus atau bakat (kemampuan tertentu yang dibawa sejak lahir)
4.      Kepribadian (penampilan  seseorang secara umum, contoh: sikap, besarnya motivasi kuatnya kemampuan, tabahnya menghadapi rintangan, penghargaan terhadap oaring lain, kesopanannya, toleransi)
5.      Latar belakang (lingkungan tempat dibesarkan terutama lingkungan keluarga).
6.      Kecakapan; kepribadian individu merupakan satu kesatuan, tetapi secara garis besar dapat dibedakan dalam beberapa aspek; yaitu intelektual, sosial, dan emosional. Setiap aspek memiki kekuatan yang bervariasi dari yang sangat kuat sampai dengan yang paling lemah dan karateristik atu cirri-ciri yang lebih menggambarkan variasi “warna”.
7.      Kecerdasan; banyak teori-yang intelegensi ini, dan setiap teori  karena bertolak belakang dengan ansumsi yang berbeda memberikan rumusan yang berbeda pula.
8.      Kecerdasan jamak
Akhir-akhir ini banyak dibahas tentang konsep kecerdasan jamak atau Multiple Intelegence, konsep ini berawal dari karya Howard Gardener yang di dasarkan atas hasil penelitiannya selama beberapa tahun tentang kapasitas kognitif manusia. (human cognitive capacities).
Gardener mendenifiniskan kecerdasan sebagai:
a.       Kecakapan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
b.      Kecakapan untuk mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan.
c.       Kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat di dalam kehidupannya.
9.      Kreativitas
Salah satu kemampuan utama yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan perkembangan manusia adalah kreativitas.
Kreatifitas adalah kemampuan ;
a.    Untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data informasi atau unsure yang ada.
b.   Berdasarkan informasi atau data yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kualitas, ketepatgunaan dan kerajaman jawaban.
c.    Mencerminkan kelancaran, keluwesan dalam berpikir serta kemampun untuk mengelaborasi suatu gagasan.  

2.1.3  Psikologi Sosial
Psikologi Sosisal adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseorang di masyarakat yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ilmu social untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antar individu. Dengan demikian psikologi ini akan mencoba melihat keterkaitan masyarakat dengan kondisi psikologi kehidupan individu.
Kecenderungan manusia untuk bersahabat sudah dimulai sejak permulaan dia hidup yaitu sejak masih bayi. Hampir semua bayi merespon secara positif terhadap satu atau lebih orang dewasa. Lebih lanjut hamper semua orang tua selalu ingin dekat dengan anak-anaknya, karena itu anak-anak juga semakin dekat dengan orang tuanya, inilah yang membuat terjadinya persahabatan dan keakraban.
Perkembangan kasih sayang disebabkan oleh dua hal, yaitu:
1.      Karena pembawaan atau genetika
2.      Karena belajar
Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memiliki tiga kunci utama, yaitu kepribadian seseorang, perilaku seseorang, dan lata belakang situasi. Dalam dunia pendidikan salah satu yang harus diperhatikan adalah para pendidik harus mampi membangkitkan kesan pertama positif dan tepa positif untuk hari-hari berikutnya. Sekap dan perilaku pendidik seperti ini sangat penting bagi kemauan dan semangat belajar anak-anak.
Motivasi juga merupakan salah satu aspek psikologi social, sebab tanpa motivasi tertentu seseorang sulit untuk berpartisipasi di masyarakat. Sehubungan dengan ini, pendidik punya kewajiban untuk menggali motivasi anak-anak agar muncul, sehingga mereka dengan senang hati belajar di sekolah.
Menurut Klinger faktor-faktor  yang menentukan motivasi adalah:
1.      Minat dan kebutuhan individu.
2.      Persepsi kesulitan akan tugas-tugas.
3.      Harapan sukses.
Keintiman mempunyai hunbungan yang erat dengan pendidikan karena dalam batas-batas tertentu, proses pendidikan membutuhkan suatu keintiman persahabatan. Perilaku yang bertentanga dengan hubungan untim adalh perilaku agresif. Yang dimaksud dengan agresif adalah perilaku yang menyakiti orang lain. Ada tiga kategori agresif, yaitu:
a.       Agresif anti social
b.      Agresif pro social
c.       Agresif sanksi
Ada tiga factor yang menyebabkan perilaku agresif, yaitu:
1.      Insting berkelahi
2.      Gangguan atau serangan dari pihak lain yang membuat orang menjadi marah atau agresif
3.      Putus asa atau tidak mampu mencapai suatu tujuan
Cara untuk mengurangi perilaku agresif antara lain:
1.      Katarsis, yaitu menyalurkan ketegangan psikis kearah aktifitas-aktifitas.
2.      Dengan belajar secara perlahan-lahan menyadarkan diri bahwa agresif itu tidak baik.
Kesepakatan atau kepatuhan adalaha juga merupakan factor penting dalam proses pendidikan. Tanpa ada kesepakatan cukup sulit merewncanakan dan melaksanakan sesuatu, lebih-lebih dalam belajar kelompok. Ada beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya kesepakatan, yaitu:
1.      Penjelasan tentang pentingnya persatuan dan kesatuan
2.      Perasaan takut akan disisihkan oleh teman-teman
3.      Keintiman anggota-anggota kelompok
4.      Besarnya kelompok, ialah kelompok yang tidak terlalu besar
5.      Tingkat keahlian anggota kelompok
6.      Kepercayan diri masing-masing anggota
7.      Keakraban dan perbauran anggota-anggota kelompok
8.      Komitmen masing-masing anggota kelompok terhadap kewajiban-kewajiban dalam kelompok.
Dalam pendidikan juga dibutuhkan pula kepemimpinan, baik dikalangan para pendidik, dikalangan anak-anak maupun dalam proses pendidikan itu sendiri. Sebab tanpa kepemimpinan yang baik segala kegiatan pendidikan tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan lancer. Dapat dipahami bahwa baik buruknya proses belajar banyak ditentukan oleh kualitas pemimpinnya. Disini juga terkandung makna bahwa tugas guru untiuk membina anak-anak agar menjadi pemimpin-peminpin yang baik.

2.2        Dampak Konsep Pendidikan
Tinjauan tentang psikologi perkembangan, psikologi belajar, psikologi social dan kesiapan belajar seta aspek-aspek individu, memberikan dampak kepada konsep pendidikan. Dampak itu sebagian besar dalam bidang kurikulum, sebab materi pelajaran dan proses belaja mengajar itu harus sejalan dengan perkembangan, cara belajar, cara mereka mengadakan kontak social, dan kesiapan mereka belajar. Dampaknya dalam konsep pendidikan adalah sebagai berikut:
1.   Psikologi perkembangan yang bersifat umum, memberi petunjuk kepada pendidik bagaimana seharusnya ia menyiapkan dan mengorganisasi   materi pendidikan serta bagaimana membina anak-anak agar mereka mau belajar dengan sukarela.
2.   Psikologi belajar.
a.       Klasik; disiplin mental bermanfaat untuk menghafal perkalian dan meelatih soal-soal dan naturalis/aktualisasi diri bermanfaat untuk pendidik seumur hidup.
b.      Behavioris bermanfaat atau cocok untuk membentuk perilaku nyata, seperti mau menyumbang, giat belajar, gemar menyanyi dsb.
c.       Kognisi cocok untuk mempelajari materi-materi pelajaran yang lebih rumit yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan menciptakan ide baru.
3.   Psikologi Sosial
a.       Agar para siswa memiliki konsep diri rill, maka pendidik perlu mengembangkan perilaku overt, persepsi terhadap lingkungan secara wajar, dan sikap serta peasaan yang positif. Konsep diri yang keliru, dapat merusak perkembangan anak.
b.      Pendidik juga perlu mengembangkan kemampuan memimpin dikalangan anak-anak.
c.       Motivasi anak-anak juga perlu di kembangkan pada saat yang memungkinkan melalui minat dan kebutuhannya.
d.      Hubungan intim diperlukan dalam proses konseling, pembingbingan, dan belajar dalam kelompok. Karena itu hubungan seperti ini di perlu dikembangkan oleh para pendidik.
e.       Pendidik perlu membendung perilaku anti social, tetapi mengembangkan sgresif anti social dapat dilakukan dengan menanamkan ketertiban, tidak mengganggu satu sama lain, dan berupaya agar anak-anak tidak mengalami rasa putus asa.
f.       Pendidik perlu membendung perilaku agesif anti social tetapi mengembangkan agresif prososial dan sanksi.
g.      Pembentukan sikap bisa secara alami, dikondisi, dan meniru sikap para tokoh
4.      Kesiapan belajar yang bersifat afektif dan kognitif perlu diperhatikan oleh pendidik agar materi yang dipelajari anak-anak dapt dipahami dan diinternalisasi dengan baik.
5.      Kesembilan aspek individu haus diberi perhatian yang sama oleh pendidik serta dilayani dengan seimbang.
6.      Wujud perkembangan total atau berkembang seutuhnya memenuhi tiga criteria, yaitu:
a.       Semua potensi berkembang secara proporsional
b.      Potensi-potensi itu berkembang secara optimal
c.       Potensi-potensi itu berkembang secara integratif.    












BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada hakikatnya inti persoalan psikologi pendidikan terletak pada anak didik, sebab pendidikan adalah perlakuan terhadap anak didik yang secara psikologis perlakuan tersebut harus selaras dengan keadaan anak didik.
Dalam perkembangan jiwa dan jasmani inilah anak-anak belajar sebab pada masa ini mereka peka untuk belajar, punya waktu yang banyak untuk belajar. Masa belajar ini bertingkat-tingkat sejalan dengan fase-fase perkembangan mereka. Oleh karena itu, layanan-layanan pendidikan terhadap mereka harus pula dibuat bertingkat-tingkat, agar pelajaran itu dapat dipahami oleh anak-anak.

3.2 Saran
Terkait permasalahan psikologis yang berperan dalam proses pendidikan, para pendidik seharusnya dapat memberi bantuan kepada anak didik agar berkembang secara wajar melalui bimbingan dan konseling, pemberian bahan pelajaran yang berstruktur dan berkualitas.

  



DAFTAR PUSTAKA

Maunah, Binti. Landasan Pendidikan.2009.TERAS:Yogyakarta
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan.2001.PT. Raja Grafindo Persada:Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar