BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Makalah ini kami susun berdasarkan Tugas Mata Kuliah Landasan
Pendidikan, dengan sub bahasan “Landasan Psikologi dalam Pendidikan”. Dalam
makalah ini dibahas tentang pentingnya psikologi pendidikan. Tidak dapat
diagukan lagi sejak anak manusia yang pertama lahi ke dunia telah dilakukan
usaha-usaha pendidikan. Manusia telah berusaha mendidik anak-anaknya kendatipun
dalam cara yang sangat sederhana. Demikian pula semenjak manusia saling bergaul
telah ada usaha-usaha dari orang-orang yang lebih mampu dalam hal-hal tertentu
untuk mempengauhi orang lain teman bergaul mereka, untuk kepentingan kemajuan
orang-orang bersangkutan itu. Dalam uraian ini dijelaskan kiranya bahwa masalah
pendidikan adalah masalahnya setiap orang dari dulu hingga sekarang, dan
diwaktu-waktu yang akan datang.
Keharusan bagi setiap pendidik adalah bertanggung jwab dalam
melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan keadaan si anak didik. Psikologi
adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami sesama manusia dengan tujuan
untuk dapat memperlakukannya dengan lebih cepat. Mengingat setiap orang pada
suatu saat tentu melakukan kegiatan mendidik maka pada hakikanya psikologi
pendidikan itu dibutuhkan oleh setiap orang. Kenyataan bahwa pada dewasa ini
hanya para pendidik professional saja yang mempelajari psikologi pendidikan
tidaklah dapat dipandang sebagai hal yang memang sudah selayaknya.
1.2
Tujuan
Pembahasan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memaparkan
perkembangan psikologi dalam pendidikan. Hal apa saja yang perlu dipelajari
terkait psikologi pendidikan dan dampak dari pada konsep pendidikan.
1.3 Rumusan Masalah
1.3.1
Bagaimana psikologi perkembangan dalam
pendidikan?
1.3.2
Bagaimana psikologi belajar dalam pendidikan?
1.3.3
Bagaimana psikologi social dalam pendidikan?
1.3.4
Apa saja dampak konsep pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Landasan Psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa yang mempelajari jiwa
manusia terkait dengan tingkah laku manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan
mengandalkan jasmani, yang dapat dipengaruhi alam sekitar. Karena itu jiwa atau
psikis dapat dikatakan inti dari kendali kehidupan manusia, yang berada dan
melekat dalam manusisa itu sendiri.
Pada umumnya
para ilmuwan membagi psikologi menjadi 2 golongan, yaitu:
1.
Psikologi metafisika, yang menyelidiki
hakikat jiwa seperti yang dilakukan oleh
Plato dan Ariestoteles.
2.
Psikologi Empiris, yang menyelidiki
gejala-gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia dengan menggunakan pengamatan
atau observasi, percobaan atau eksperimen dan pengumpulan berbagai macam data
yang ada hubungannya dengan gejala-gejala kejiwaan manusia.
Dalam perkembangan jiwa dan jasmani inilah
seyogyanya anak-anak belajar sebab pada masa ini mereka peka untuk belajar,
punya waktu yang banyak untuk belajar. Masa belajar ini bertingkat-tingkat
sejalan dengan fase-fase perkembangan mereka. Oleh karena itu, layanan-layanan
pendidikan terhadap mereka harus pula dibuat bertingkat-tingkat, agar pelajaran
itu dapat dipahami oleh anak-anak.
2.1.1
Psikologi
Perkembangan
Ada
tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan pendekatan-pendekatan:
1.
Pendekatan pentahapan (perkembangan
individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu)
2.
Pendekatan diferensial (pendekatan ini
memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan).
3.
Pendekatan ipsatif (pendekatan ini
berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai
pendekatan individual).
Menurut Havinghurst
fase-fase perkembangan disusun sebagai beikut:
1.
Tugas
perkembangan masa anak-anak
Belajar
berkata, makan makanan padat, berjalan, mengendalikan gerakan badan,
mempelajari peran jenis kelaminnya sendir, stabilitas fisiologi, membentuk
konsep sederhana tentang social dan fisik, belajar menghubungkan diri secara
emosional dengan orang-orang lain, serta belajar membedakan yang benar dan yang
salah.
2.
Tugas
perkembangan masa anak
Belajar
keterampilan fisik untuk keperluan bermain, membentuk sikap diri sendiri,
belajar bergaul secara rukun, mempelajari peran jenis kelamin sendiri, belajar
keterampilan membaca, menulis, dan berhitung, menghitung, mengembangkan
konsep-konsep yang dibutuhkan dalam kehidupan.
3.
Tugas
perkembangan masa remaja
Membuat
hubungan hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya dari kedua jenis
kelamin, memperoleh peranan social yang cocok dengan jenis kelamin, mendapatkan
kebebasan diri dari ketergantungan pada orang lain, mengadakan persiapan
perkawinan dan kehidupan berkeluarga, mengembangkan perilaku tanggung jawab dan
memperoleh sepeangkat nilai serta etika sebagai pedoman berperilaku.
4.
Tugas
perkembangan masa dewasa awal
Memilih
pasangan hidup, belajar hidup rukun bersuami istri, memulai kehidupan punya
anak, belajar membimbing dan merawat anak, mengendalikan rumah tangga, belaja
bertanggung jawwab sebagai warga Negara.
5.
Tugas
perkembangan masa setengah baya
Bertanggung
jawab social dan menjadi warga Negara yang baik, membina anak remaja agar
menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab serta bahagia, mengisi waktu
senggang dengan kegiatan-kegiatan tertentu, membina hubungan suami istri
sebagai pribadi, menerima serta menyesuaikan diri dengan perubahan fisik diri
sendiri dan menyesuaikan diri dengan pertambahan umur.
6.
Tugas
perkembangan orang tua
Menyesuaikan
diri dengan semakin menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan, menyesuaikan diri
terhadap menurunnya pendapatan atau karena persiun, menjalin hubungan dengan
klub lanjut usia, memenuhi kewajiban social sebagai warga Negara yang baik dan
membangun kehidupan fisik yang memuaskan.
2.1.2 Psikologi Belajar
Belajar adalah perubahan perilaku yang relative
permanen sebagai hasil pengalaman dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan
lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain. Konsep belajar
sebagian terbesar dari proses perkembangan berlangsung melalui kegiatan mengajar
yang di dasari atau tidak sederhana atau kompleks, belajar sendiri atau dengan
bantuan guru, belajar dari buku atau media elektronik, belajar di rumah, di
sekolah, di lingkunagan kerja atau di masyarakat
Dalam prosesnya, ada prinsip-prinsip belajar yang
perlu diperhatikan, anatara lain:
1.
Kontinguitas (memberi situasi atau
materi yang mirip dengan harapan pendidikan tentang respon anak diharapkan).
2. Pengulangan
(situasi dan respon anak di
ulang-ulang).
3.
Penguatan (respon yang benar contoh di beri penguatan untuk mempertahankan
respon itu).
4. Motivasi
positif dan percaya diri dalam belajar.
5.
Tersedia materi pelajaran yang lengkap
untuk memancing aktivitas anak-anak,
6.
Ada upaya membangkitkan keterampilan
intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam mengajar.
7. Ada
setrategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar.
8.
Aspek-aspek jiwa anak harus dapat
dipengaruhi oleh factor-faktor dalam pengajaran.
Adapun unsur-unsur belajar adalah adanya tujuan
unsure utama dalam proses belajar:
a.
Tujuan belajar dimulai karena adanya
tujuan yang di inginkan atau di capai.
b.
Kesiapan untuk dapat melakukan perbuatan
belajar dengan baik anak atau individu perlu memiliki kesiapan baik kesipan
fisik dan psikis.
c. Situasi
kegiatan berlangsung dalam situasi belajar.
d.
Interpretasi dalam menghadapi situasai
individu dalam mengadakan interpretasi yaitu melihat hubungan diantara
komponen-komponen belajar.
e.
Respon berpegang kepada hasil dari
interpretasi apakah individu mungkin mencapai tujuan yang diharapkan.
f.
Konsekuensi setiap usaha membawa hasil
akibat konsekuensi entah itu berhasil ataupun tidak.
g.
Reaksi terhadap kegagalan selain
keberhasilan kemungkinan lain yang diperoleh siswa adalah kegagalan.
Seorang pendidik harus memperhatikan dan
melaksanakan langkah-langkah yang ada dalam proses belajar. Langkah-langkah
belajar itu antara lain:
1. Pendidik
harus mengadakan persiapan dengan cermat.
2.
Pendidik dilaksanakan sedemikian rupa
sehingga anak-anak merasa jelas memahami pelajaran itu, yang memudahkan asosiasi-asosiasi
baru terbentuk.
3.
Asosiasi-asosiasi baru terbentuk antara
materi yang dipelajari dengan setruktur
jiwa atau persepsi anak yang telah ada.
4.
Mengadakan generalisasi, pada saat ini
terbentuklah suatu setruktur baru dalam jiwa anak.
5.
Mengaplikasikan pengetahuan yang baru
didapat agar setruktur terbentuk semakin kuat.
Sedangkan perlengkapan peserta didik atau warga
belajar sebagai subyek dalam garis besarnya dapat dibagi beberapa kelompok
yaitu;
1.
Watak, ialah sifat-sifat yang dibawa
sejka lahir yang hampir tidak dapat di ubah (watak pemarah, pendiam,
menyendiri, suka berbicara, cinta kasih)
2. Kemapuan
umum atau IQ (kecerdasan yang bersifat
umum)
3.
Kemampuan khusus atau bakat (kemampuan
tertentu yang dibawa sejak lahir)
4.
Kepribadian (penampilan seseorang secara umum, contoh: sikap, besarnya
motivasi kuatnya kemampuan, tabahnya menghadapi rintangan, penghargaan terhadap
oaring lain, kesopanannya, toleransi)
5.
Latar belakang (lingkungan tempat
dibesarkan terutama lingkungan keluarga).
6.
Kecakapan; kepribadian individu
merupakan satu kesatuan, tetapi secara garis besar dapat dibedakan dalam
beberapa aspek; yaitu intelektual, sosial, dan emosional. Setiap aspek memiki
kekuatan yang bervariasi dari yang sangat kuat sampai dengan yang paling lemah
dan karateristik atu cirri-ciri yang lebih menggambarkan variasi “warna”.
7.
Kecerdasan; banyak teori-yang
intelegensi ini, dan setiap teori karena
bertolak belakang dengan ansumsi yang berbeda memberikan rumusan yang berbeda
pula.
8. Kecerdasan
jamak
Akhir-akhir ini banyak dibahas
tentang konsep kecerdasan jamak atau Multiple Intelegence, konsep ini berawal
dari karya Howard Gardener yang di dasarkan atas hasil penelitiannya selama
beberapa tahun tentang kapasitas kognitif manusia. (human cognitive capacities).
Gardener
mendenifiniskan kecerdasan sebagai:
a.
Kecakapan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupannya.
b.
Kecakapan untuk mengembangkan masalah
baru untuk dipecahkan.
c.
Kecakapan untuk membuat sesuatu atau
melakukan sesuatu yang bermanfaat di dalam kehidupannya.
9. Kreativitas
Salah satu kemampuan utama yang
memegang peranan penting dalam kehidupan dan perkembangan manusia adalah
kreativitas.
Kreatifitas
adalah kemampuan ;
a.
Untuk membuat kombinasi baru,
berdasarkan data informasi atau unsure yang ada.
b.
Berdasarkan informasi atau data yang
tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana
penekanannya adalah pada kualitas, ketepatgunaan dan kerajaman jawaban.
c. Mencerminkan
kelancaran, keluwesan dalam berpikir serta kemampun untuk mengelaborasi suatu
gagasan.
2.1.3 Psikologi Sosial
Psikologi Sosisal adalah psikologi yang mempelajari
psikologi seseorang di masyarakat yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi
dengan ilmu social untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan
antar individu. Dengan demikian psikologi ini akan mencoba melihat keterkaitan
masyarakat dengan kondisi psikologi kehidupan individu.
Kecenderungan manusia untuk
bersahabat sudah dimulai sejak permulaan dia hidup yaitu sejak masih bayi.
Hampir semua bayi merespon secara positif terhadap satu atau lebih orang
dewasa. Lebih lanjut hamper semua orang tua selalu ingin dekat dengan
anak-anaknya, karena itu anak-anak juga semakin dekat dengan orang tuanya,
inilah yang membuat terjadinya persahabatan dan keakraban.
Perkembangan kasih sayang
disebabkan oleh dua hal, yaitu:
1. Karena
pembawaan atau genetika
2. Karena
belajar
Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain
memiliki tiga kunci utama, yaitu kepribadian seseorang, perilaku seseorang, dan
lata belakang situasi. Dalam dunia pendidikan salah satu yang harus
diperhatikan adalah para pendidik harus mampi membangkitkan kesan pertama
positif dan tepa positif untuk hari-hari berikutnya. Sekap dan perilaku
pendidik seperti ini sangat penting bagi kemauan dan semangat belajar
anak-anak.
Motivasi juga merupakan salah satu aspek psikologi
social, sebab tanpa motivasi tertentu seseorang sulit untuk berpartisipasi di
masyarakat. Sehubungan dengan ini, pendidik punya kewajiban untuk menggali
motivasi anak-anak agar muncul, sehingga mereka dengan senang hati belajar di
sekolah.
Menurut Klinger
faktor-faktor yang menentukan motivasi
adalah:
1. Minat
dan kebutuhan individu.
2. Persepsi
kesulitan akan tugas-tugas.
3. Harapan
sukses.
Keintiman mempunyai hunbungan yang erat dengan
pendidikan karena dalam batas-batas tertentu, proses pendidikan membutuhkan
suatu keintiman persahabatan. Perilaku yang bertentanga dengan hubungan untim
adalh perilaku agresif. Yang dimaksud dengan agresif adalah perilaku yang
menyakiti orang lain. Ada tiga kategori agresif, yaitu:
a. Agresif
anti social
b. Agresif
pro social
c. Agresif
sanksi
Ada tiga factor yang
menyebabkan perilaku agresif, yaitu:
1. Insting
berkelahi
2.
Gangguan atau serangan dari pihak lain
yang membuat orang menjadi marah atau agresif
3. Putus
asa atau tidak mampu mencapai suatu tujuan
Cara untuk mengurangi
perilaku agresif antara lain:
1.
Katarsis, yaitu menyalurkan ketegangan
psikis kearah aktifitas-aktifitas.
2.
Dengan belajar secara perlahan-lahan
menyadarkan diri bahwa agresif itu tidak baik.
Kesepakatan atau kepatuhan adalaha juga merupakan
factor penting dalam proses pendidikan. Tanpa ada kesepakatan cukup sulit
merewncanakan dan melaksanakan sesuatu, lebih-lebih dalam belajar kelompok. Ada
beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya kesepakatan, yaitu:
1. Penjelasan
tentang pentingnya persatuan dan kesatuan
2. Perasaan
takut akan disisihkan oleh teman-teman
3. Keintiman
anggota-anggota kelompok
4. Besarnya
kelompok, ialah kelompok yang tidak terlalu besar
5. Tingkat
keahlian anggota kelompok
6. Kepercayan
diri masing-masing anggota
7. Keakraban
dan perbauran anggota-anggota kelompok
8.
Komitmen masing-masing anggota kelompok
terhadap kewajiban-kewajiban dalam kelompok.
Dalam pendidikan juga dibutuhkan pula kepemimpinan,
baik dikalangan para pendidik, dikalangan anak-anak maupun dalam proses
pendidikan itu sendiri. Sebab tanpa kepemimpinan yang baik segala kegiatan
pendidikan tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan lancer. Dapat dipahami bahwa
baik buruknya proses belajar banyak ditentukan oleh kualitas pemimpinnya.
Disini juga terkandung makna bahwa tugas guru untiuk membina anak-anak agar
menjadi pemimpin-peminpin yang baik.
2.2
Dampak
Konsep Pendidikan
Tinjauan tentang psikologi perkembangan,
psikologi belajar, psikologi social dan kesiapan belajar seta aspek-aspek
individu, memberikan dampak kepada konsep pendidikan. Dampak itu sebagian besar
dalam bidang kurikulum, sebab materi pelajaran dan proses belaja mengajar itu
harus sejalan dengan perkembangan, cara belajar, cara mereka mengadakan kontak
social, dan kesiapan mereka belajar. Dampaknya dalam konsep pendidikan adalah
sebagai berikut:
1.
Psikologi perkembangan yang bersifat
umum, memberi petunjuk kepada pendidik bagaimana seharusnya ia menyiapkan dan
mengorganisasi materi
pendidikan serta bagaimana membina anak-anak agar mereka mau belajar dengan
sukarela.
2.
Psikologi belajar.
a.
Klasik; disiplin mental bermanfaat untuk
menghafal perkalian dan meelatih soal-soal dan naturalis/aktualisasi diri
bermanfaat untuk pendidik seumur hidup.
b.
Behavioris bermanfaat atau cocok untuk
membentuk perilaku nyata, seperti mau menyumbang, giat belajar, gemar menyanyi
dsb.
c.
Kognisi cocok untuk mempelajari
materi-materi pelajaran yang lebih rumit yang membutuhkan pemahaman, untuk
memecahkan masalah dan menciptakan ide baru.
3.
Psikologi Sosial
a.
Agar para siswa memiliki konsep diri
rill, maka pendidik perlu mengembangkan perilaku overt, persepsi terhadap
lingkungan secara wajar, dan sikap serta peasaan yang positif. Konsep diri yang
keliru, dapat merusak perkembangan anak.
b.
Pendidik juga perlu mengembangkan
kemampuan memimpin dikalangan anak-anak.
c.
Motivasi anak-anak juga perlu di
kembangkan pada saat yang memungkinkan melalui minat dan kebutuhannya.
d.
Hubungan intim diperlukan dalam proses
konseling, pembingbingan, dan belajar dalam kelompok. Karena itu hubungan
seperti ini di perlu dikembangkan oleh para pendidik.
e.
Pendidik perlu membendung perilaku anti
social, tetapi mengembangkan sgresif anti social dapat dilakukan dengan
menanamkan ketertiban, tidak mengganggu satu sama lain, dan berupaya agar
anak-anak tidak mengalami rasa putus asa.
f.
Pendidik perlu membendung perilaku
agesif anti social tetapi mengembangkan agresif prososial dan sanksi.
g.
Pembentukan sikap bisa secara alami,
dikondisi, dan meniru sikap para tokoh
4. Kesiapan
belajar yang bersifat afektif dan kognitif perlu diperhatikan oleh pendidik
agar materi yang dipelajari anak-anak dapt dipahami dan diinternalisasi dengan
baik.
5. Kesembilan
aspek individu haus diberi perhatian yang sama oleh pendidik serta dilayani
dengan seimbang.
6. Wujud
perkembangan total atau berkembang seutuhnya memenuhi tiga criteria, yaitu:
a.
Semua potensi berkembang secara
proporsional
b.
Potensi-potensi itu berkembang secara
optimal
c.
Potensi-potensi itu berkembang secara
integratif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada
hakikatnya inti persoalan psikologi pendidikan terletak pada anak didik, sebab
pendidikan adalah perlakuan terhadap anak didik yang secara psikologis
perlakuan tersebut harus selaras dengan keadaan anak didik.
Dalam
perkembangan jiwa dan jasmani inilah anak-anak belajar sebab pada masa ini
mereka peka untuk belajar, punya waktu yang banyak untuk belajar. Masa belajar
ini bertingkat-tingkat sejalan dengan fase-fase perkembangan mereka. Oleh
karena itu, layanan-layanan pendidikan terhadap mereka harus pula dibuat
bertingkat-tingkat, agar pelajaran itu dapat dipahami oleh anak-anak.
3.2 Saran
Terkait
permasalahan psikologis yang berperan dalam proses pendidikan, para pendidik
seharusnya dapat memberi bantuan kepada anak didik agar berkembang secara wajar
melalui bimbingan dan konseling, pemberian bahan pelajaran yang berstruktur dan
berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Maunah, Binti. Landasan
Pendidikan.2009.TERAS:Yogyakarta
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan.2001.PT. Raja Grafindo Persada:Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar