Selasa, 24 Januari 2012

Perkembangan Anak Usia Pra-sekolah


Perkembangan Anak Usia Pra-sekolah
Anak usia prasekolah merupakan perkembangan individu yang terjadi sekitar 2 – 6 tahun, pada usia ini anak berusaha mengendalikan lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan diri secara rasional. Usia ini juga sering disebut dengan masa pancaroba, karena pada umumnya anak pada masa ini dorongan keingintahuannya sangat kuat. Diantara perkembangan – perkembangan yang terjadi pada usia ini antara lain :

A.      Perkembangan Fisik
     Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya perkembangan tubuh, baik menyangkut ukuran berat dan tinggi, walaupun kekuatanya memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan keterampilan fisiknya, dan eksplorasi terhadap lingkungannya dengan tanpa bantuan dari orang tuanya. Perkembangan system saraf pusat memberikan kesiapan kepada anak untuk lebih dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan terhadap tubuhnya.[1]
v     Tinggi dan Berat
Selama masa anak – anak awal, tinggi rata – rata anak bertumbuh 2,5 inci, dan berat bertambah antara 2,5 hingga 3,5 Kg setiap tahunnya. Ketika anak usia prasekolah bertumbuh makin besar, presentasi pertumbuhan dalam tinggi dan berat berkurang setiap tahun. Selama masa ini, baik laki – laki maupun perempuan terlihat makin langsing, sementara batang tubuh mereka makin panjang [2]
B.      Perkembangan Kognitif
Menurut Pieget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode  preoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Yang dimaksud operasi adalah kegiatan – kegiatan yang yang diselesaikan secara mental bukan fisik. Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasional, atau “symbolik function”, yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk merepresentasikan (mewakili) sesuatu yang lain dengan simbol (kata – kata, bahasa gerak, dan benda). Apat juga dikatakan sebagai “semiotic function”, kemampuan untuk menggunakan simbol – simbol (bahasa, gambar, tanda/isyarat, benda dan peristiwa) untuk melambangkan suatu kegiatan, benda yang nyata, atau peristiwa.
Melalui kemampuan di atas, anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Dia dapat menggunakan kata – kata peristiwa dan benda untuk melambangkan sesuatu.

C.      Perkembangan Emosional
Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya (dirinya) berbeda dengan orang lain. Kesadaran ini diperoleh dari pengalamanya, bahwa tidak setiap keinginannya dipenuhi orang lain atau benda lain. Dia menyadari bahwa keinginannya berhadapan dengan keinginan orang lain, sehingga orang lain tidak selamanya memenuhi keinginannya. Bersama dengan itu, berkembang pula perasaan harga diri yang menuntut pengakuan dari lingkungannya. Jika lingkungannya (terutama orang tuanya) tidak mengakuiharga diri anak, seperti memperlakukan anak secara keras, atau kurang menyayanginya, maka pada diri anak akan berkembang sikap – sikap : keras kepala/menentang, atau menyerah menjadi penurut yang diliputi rasa harga diri kurang dengan sifat pemalu.
Beberapa emosi yang berkembang pada masa anak, yaitu sebagai berikut :
1.             Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada objeknya. Kecemasan ini muncul mungkin dari situasi – situasi yang di khayalkan, berdasarkan dari pengalaman yang diperoleh, baik perlakuan orang tua, buku – buku bacaan/komik, radio atau film.
2.             Marah, merupakan perasaan tidak senang atau benci, baik terhadap orang lain, diri sendiri, atau objek tertentu, yang diwujudkan dalam bentuk verbal (kata –kata kasar / makian / sumpah serapah) atau non verbal ( seperti mencubit, memukul, menendang dan merusak.
3.             Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang dipandang telah merebut kasih sayang dari seseorang yang telah mencurahkan kasih sayang kepadanya.
4.             Kegembiraan, Kesenanagn, Kenikmatan, yaitu perasaan yang positif, nyaman, karena terpenuhi keinginannya.
5.             Kasih sayang, yaitu perasaan senang untuk memberikan perhatian, atau perlindungan terhadap orang lain, hewan atau benda.
6.             Phobi, yaitu perasaan takut terhadap objek yang tidak patut ditakutinya (takut abnormal). Perasaan ini muncul akibat orang tua yang suka menakut – nakuti anak, sebagai cara orang tua untuk menghukum, atau menghentikan perilaku anak yang tidak disenanginya.
7.             Ingin tahu, yaitu perasaan ingin mengenal, mengetahui segala sesuatu atau objek – objek, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik.
D.      Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia prasekolah, fapat diklasiffikasikan ke dalam Dua tahap, yaitu sebagai berikut :
1.             Masa 2, 0 – 2, 6 tahun yang bercirikan :
a.             Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.
b.    Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan. Misalnya, anjing lebih besar dari kucing.
c.    Anak banyak menanyakan nama dan tempat : apa, di mana, dan dari mana.
d.   Anak sudah banyak menggunakan kata – kata yang berawalan dan berakiran.
2.             Masa 2, 6 – 6, 0 tahun yang bercirikan :
a.     Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.
b.    Tingkat berfikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu, sebab – akibat melalui pertanyaan – pertanyaan : kapan, ke mana, mengapa, dan bagaimana.


E.      Perkembangan Sosial
Pada usia prasekolah, perkembangan sosial anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Tanda – tanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah :
1.             Anak mulai mengetahui aturan – aturan, baik di lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan bermain.
2.             Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
3.             Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain.

F.      Perkembangan Kepribadian
Masa ini lazim disebut masa Trotzalter atau masa menentang, periode perlawanan atau masa krisis ini terjadi karena ada perubahan yang hebat dalam dirinya, yaitu dia mulai sadar akan aku-nya, dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari lingkungan dan orang lain. Dengan kesadaran ini anak menemukan bahwa ada dua pihak yang berhadapan, yaitu (aku-nya) dan orang lain (orang tua, saudara, guru dan teman sebaya). Pertentangan antara kemauan tuntutan lingkungannya, dapat mengakibatkan ketegangan dalam diri anak, sehingga tidak jarang anak meresponya dengan sifat membandel atau keras kepala.

G.     Perkembangan Moral
Pada masa ini anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya (orang tua, saudara, dan teman sebaya). Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain.
Dalam rangka membimbing perkembanga moral anak prasekolah ini, sebaiknya orang tua atau guru – guru, melakukan upaya – upaya :
1.             Memberikan contoh atau teladan yang baik, dalam berperilaku atau bertutur kata.
2.             Menanamkan kedisiplinan kepada anak, dalam berbagai aspek kehidupan, seperti memelihara kebersihan atau kesehatan, dan tata karma atau budi pekerti yang luhur.
3.             Mengembangkan wawasan mengenai nilai – nilai moral kepada anak, baik melalui pemberian informasi, atau melalui cerita.

H.      Perkembangan Kesadaran Beragama
Kesadaran beragama pada anak usia ini ditandai dengan ciri – ciri sebagai berikut :
1.             Sifat keberagamaannya bersifat reprensif (menerima) meskipun banyak bertanya.
2.             Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum mendalam) meskipun mereka telah melakukan atau berpartisipasi dalam berbagai kegiatan ritual.
Pengetahuan anak tentang agama terus berkembang berkat : Mendengarkan ucapan – ucapan orang tua, melihat sikap dan perilaku orang tua dalam mengamalkan ibadah, dan pengalaman dan meniru ucapan dan perbuatan orang tuanya[3]
J.       Perkembangan Bermain
Bermain di lakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar.Bermain secara garis besar dapat di bagi menjadi 2 kategori, aktif dan pasif(hiburan)
a.Bermain Aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan individu dalam bentuk kesenangan berlari atau membuat sesuatu dengan lilin.
b.Bermain Pasif
Dalam bermain pasif kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain.Contoh,anak yang menikmati temannya bermain.[4]




[1] Syamsu Yusuf,Psikologi Perkembangan Anak&Remaja ,Bandung hal 162-163
[2] Samsunuwiyati,Marat ,Psikologi Perkembangan hal 128
[3] Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, Bandung;PT Remaja Rosdakarya,2004. hal 165-177
[4] Elizabeth B.Hurlock Perkembangan Anak Jilid 1 Jakarta hal 321

Tidak ada komentar:

Posting Komentar