Rabu, 25 Januari 2012

PERKEMBANGAN MORAL


PERKEMBANGAN MORAL
 Moral merupakan suatu kebutuhan penting bagi remaja, terutama sebagai pedoman menemukan identitas dirinya, mengembangkan hubungan personal yang harmonis, dan menghindari konflik peran yang selalu terjadi dalam masa transisi. Moral lebih bersifat penalaran, sehingga makin tinggi tingkat penalaran seseorang makin tinggi pula tingkatan moralnya.
1.       Aspek kognitif
Ketika orang memasuki masa remaja, bertambahlah kemampuannya untuk mengkonseptualisasi aturan dan prinsip moral. Dengan kemampuannya ini, si remaja mampu untuk bergerak diluar moralitas yang didasarkan pada aturan yang spesifik, menuju kearah moralitas yang didasarkan pada prinsip yang meliputi anekaragam situasi yang konkrit. Misalnya konsep kejujuran meliputi kondisi seperti senang berbuat yang benar, tidak nyontek, bersifat hati-hati terhadap milik orang lain.
Dalam studinya, Piaget mengemukakan beberapa perbedaan antara mereka yang kurang matang dalam paham moral dan mereka yang lebih matang. Pada keduanya terdapat transisi dari penilaian moral secara heteronomous kepenilaian secara autonomous, yaitu dari moralitas berdasarkan hukum-hukum yang disajikan orang lain menuju moralitas berdasarkan penilaian dan keyakinan diri sendiri. Juga terdapat perubahan dari realisme kerelativisme. Seorang realis mengikuti hukum secara tertulis. Ia menilai kesungguhan suatu tindakan dengan konsekuensi praktisnya. Sedangkan seorang relativitas mempertimbangkan maksud tertentu, disamping konsekuensi praktis dari suatu tindakan. Berdasarkan penelitian tentang moral yang dilakukan para remaja telah ditemukan bahwa rata-rata para remaja biasanya menyetujui ide tentang salah atau benar yang berdekatan dengan ide yang dipegang oleh orang dewasa.
2.       Sikap-Sikap Moral dan Nilai-Nilai
Dalam merumuskan standar moral pada remaja, lebih ditekankan terhadap aturan tingkah laku dari pada kesetiaan dan perasaan persahabatan. Dalam studi yang dilakukan oleh Thompson, orang muda menilai kejujuran lebih berharga daripada keramah tamahan. Siswa memberikan rangking yang lebih tinggi terhadap kejujuran dan sportivitas daripada kemurahan hati.
 Peck dan Havighurst mengklasifikasikan karakter moral kedalam lima tipe, yaitu:
1.       Tipe Amoral
Memperlihatkan sifat kekanak-kanakan, impulsif, tidak bertanggung jawab, tanpa internalisasi prinsip-prinsip moral dan tanpa memperhitungkan akibat tingkah lakunya.
2.       Tipe Expedient
Memperlihatkan seseorang yang egois, bertindak secara moral sepanjang tindakan tersebut berguna untuk mencapai maksudny, untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
3.       Tipe Convorming
Orang yang prinsip moralnya adalah mengerjakan apa yang dikerjakan orang lain dan apa yang seharusnya dikerjakan. Orang seperti itu dalam menyesuaikan dirinya dengan kelompoknya mengikuti aturan-aturan sebagaimana tertulis yang khusus untuk setiap kesempatan, dan tidak memiliki prinsip moral yang tergeneralisasi.
4.       Tipe Rational Conscientious
Seseorang yang memiliki standar internal tentang benar dan salah, dengan itu ia menilai tindakannya tetapi ia sangat kaku dalam menerapkan prinsip moralnya.Ia memandang suatu tindakan adalah baik dan buruk, karena ia mendefinisikannya demikian, dan bukan atas pertimbangan apakah tindakannya itu berakibat baik atau buruk terhadap orang lain.
5.       Tipe Rational Altruistic
Menggambarkan tingkat kematangan moral yang tertinggi. Ia memiliki satu set prinsip moral yang stabil yang membimbing tingkah lakunya. Ia cukup rasional dalam menilai tingkah lakunya. Berdasarkan prinsipnya ia bersifat altruistis didalam memperlihatkan perhatiannya tentang kesejahteraan orang lain dan dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar