Selasa, 24 Januari 2012

Pola Hidup Sufi


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Allah SWT telah menciptakan manusia dengan sesempurna mungkin. Kemudian Allah SWT turunkan para nabi-Nya utk membimbing mereka kearah jalan yg benar. Seluruh rangkaian kenabian ditutup dgn diutusnya Nabi Muhammad SAW dilengkapi dgn petunjuk Al Qur`an utk seluruh ummat manusia dimana nabi-nabi sebelumnya hanya diutus kepada kaumnya.
Kata Sufi sangat berkaitan erat dengan tasawuf. Para ulama dan peneliti tidak ada yg sepakat asal usul kata tasawuf paling tidak ada tujuh perbedaan : [1]
1.Dari kata yg berarti bersih seperti kata Mahmud Amin An-Nawawy Artinya; “Segolongan ahli tasawuf berkata bahwasanya pemberian nama menjadi sufiyah krn kesucian rahasianya dan kebersihan kelakuannya.”
2. Istilah sufi adl nama yg dinisbatkan kepada kata yg bentuk jama`nya berarti shaf atau barisan. Hal ini sesuai dgn keterangan Mahmud Amin An-Nawawy yg mengatakan ” Segolongan berkata; bahwasanya mereka menamakan shufiyah krn mereka berada pada posisi shaf yg terdepan disisi Allah `Azza Wa Jalla dgn ketinggian cita-citanya kepada-Nya dan utk bertemu dengan-Nya serta hatinya selalu tegak disisi-Nya.”
3. Istilah sufi adl nama yg dinisbatkan kepada perkataan yg diberikan kepada orang-orang Shufi dimasa Rasulullah SAW krn mereka menempati gubuk-gubuk yg telah dibangun oleh Rasulullah SAW disekitar masjid Madinah. Hal ini sesuai dgn keterangan Abul`Alaa`Afiefy yg mengatakan ” Shufi berkaitan dgn Ahlush Shuffah; yaitu nama yg dikhususkan kepada beberapa Fakir-Muslim pada masa permulaan Islam. Mereka itu termasuk orang-orang yg tidak memiliki rumah. Maka mereka menempati gubuk yg telah dibangun oleh Rasulullah SAW diluar Masjid Madinah”.
Tetapi Mahmud Amin An-Nawawy mengatakan “Segolongan berkata Bahwasanya mereka menamakan dirinya Shufiyah krn sifat-sifatnya mirip dgn sifat-sifat Ahlus Shuffah yg dimasa Rasulullah SAW “.
4. Istilah sufi adl nama yg dinisbatkan kepada kata yg artinya bulu atau wol. Karena orang-orang Tasawuf pada umumnya mengkhususkan dirinya dgn memakai pakaian yg berasal dari bulu domba. Hal ini dikatakan oleh Qusyairy ” Adapun orang-orang yg mengatakan bahwa berasal dari kata Shuuf adl dia berpakaian Shuuf jika ia memakai baju bulu; sebagaimana dikatakan dia berpakaian kemeja bila memakai kemeja”.
5. Istilah sufi adl nama yg dinisbatkan kepada kata yg artinya pilihan . Hal ini dikatakan oleh Yusuf bin Al-Husein “Setiap umat terdapat orang-orang pilihan ; dan mereka adl titipan Allah yg tersembunyi dari makhluk-Nya Apabila terdapat orang-orang tersebut pada ummat ini maka mereka itulah Shufiyah”.
6. Istilah sufi adl nama yg dinisbatkan kepada keterangan Karena pada umumnya orang-orang tasawuf menonjolkan dirinya dgn menunjukkan sifat-sifatnya yg terpuji. Hal ini diterangkan oleh Mahmud Amin An-Nawawy ” Pernah Asy Syibly ditanya Mengapa orang-orang Shufi dinamakan Shufi ? Ia menjawab Karena padanya terlukis adanya gambaran dan ketetapan sifat ?.
7. Istilah sufi adl nama yg dinisbatkan kedalam bahasa Yunani; dari kata “Sopos” atau “Sapis” yg dapat diartikan dgn “Ahli Mistik”. Dan sesungguhnya ada dua macam kata bahasa Arab “Shufiyyu” dan “Shaafiyyu” bersumber dari kata asli bahasa Yunani dari kata “Sopos” dan “Sapis” “.
Pola hidup sufi memotivasi lahirnya hidup zuhud, motivasi lahirnya pola hidup zuhud ini adalah rasa takut, yaitu rasa takut yang muncul dari landasan amal keagamaan secara sungguh-sungguh.[2] Zuhud adalah berpaling dan meninggalkan sesuatu yang disayangi yang bersifat material atau kemewahan duniawi dengan mengharap dan menginginkan sesuatu wujud yang lebih baik dan bersifat spiritual atau kebahagiaan akhirat.

B.     Rumusan Masalah
1.         Bagaimanakah pengertian pola hidup sufi?
2.         Apa saja tahap-tahapan yang membentuk pola hidup sufi?
3.         Apa saja prinsip-prinsip riyadhah seorang salik?
4.         Bagaimana pola hidup sufi menurut beberapa tokoh?
5.         Bagaiman implementasi pola hidup sufi terhadap kehidupan, terutama bagi kehidupan kita sendiri?

C.    Tujuan Pembahasan
1.     Untuk megetahui  pengertian dari pada pola hidup sufi
2.     Untuk mengetahui tahap-tahapan yang harus dilalui untuk  membentuk pola hidup sufi
3.     Untuk mengetahui prinsip-prinsip riyadhah seorang salik
4.     Untuk mengetahui bagaimana pola hidup sufi menurut beberapa tokoh
5.     Untuk mengetahui bagaimana mengimplementasikan pola-pola hidup sufi terhadap kehidupan.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Makna Pola Hidup Sufi
Pola hidup sufi yaitu menempuh jalan yang mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan jalan meninggalkan sesuatu yang disayangi yang bersifat material atau kemewahan duniawi dengan mengharap dan menginginkan sesuatu wujud yang lebih baik untuk kebahagiaan akhirat.
Dengan demikian, seorang sufi adalah tipe seorang muslim yang menjadi contoh bagi nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi, menjadi kumpulan bintang kehidupan yang penuh dengan ketekunan dan kesungguhan, amal rohani, dan peradapan yang langgeng. Seorang sufi hidup dengan badan beserta budi pekerti dan jiwa beserta hakikat kebenaran.[3]
B.     Tahapan-Tahapan dalam Membentuk Pola Hidup Sufi[4]
Dalam dunia tasawuf, agar seseorangi dapat menjadi manusia sempurna dan akhirnya dapat bersatu dengan tuhan, mereka harus melakukan cara atau metode kesufian. Metode yang digunakan para sufi pada umumnya adalah : takhalli, tahalli, dan tajalli.
Takhalli merupakan langkah pertama yang harus ditempuh para sufi. Dalam langkah awal ini seorang sufi berusaha keras mengosongkan dirinya dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi.
Pada tahap ini para sufi berjuang keras untuk dapat mengosongkan jiwa mereka dari segala sifat tercela. Sifat-sifat tercela itu antara lain adalah: Hasad, Hiqd, Su'udh dhon, Takabbur, Nifaq, Riya’, Bakhil, Ghadhab, Ghibah, Hubbud dunya, Syarhul kalam, dan Namimah.
Langkah kedua setelah tahap takhalli adalah tahalli. Dalam hal ini setelah kaum sufi melakukan pembersihan diri dari segala sifat dan mental tidak baik, maka usaha mereka itu harus dilanjutkan ketahap kedua yang disebut tahalli.
Pada tahap tahalli ini, kaum sufi harus berusaha seoptimal mungkin untuk dapat mengisi diri mereka dengan sifat-sifta terpuji. Indikator dari sifat-sifat yang terpuji itu dalam Islam antara lain yaitu: Taubat, Zuhud, Khauf, Sabar, Syukur, Ikhlas, Tawakal, Ridha, dan Dzikrul maut.
Langkah ketiga adalah tahap tajalli. Tajalli adalah tersingkapnya nur ghaib bagi hati manusia. Apabila jiwa manusia telah terisi dengan butir-butir mutiara akhlak dan organ-organ tubuh sudah terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan luhur, maka hasil yang telah diperoleh itu tidak berkurang, dan perlu penghayatan rasa ketuhanan.
Tahap tajalli terdiri dari beberapa tingkatan. Tingkatan-tingkatan yang disebut adalah:
1)        Mahabbah
Mahabbah adalah cinta, maksudnya adalah cinta kepada Tuhan. Pengertian yang diberikan kepada mahabbah antara lain adalah (a) memeluk kepatuhan kepada tuhan dan menbenci skap melawan kepada-Nya, (b) menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi, dan (c) mengosongkan hati dari segala-galanya keculai dari diri yang dikasihi
2)      Makrifat
Dalam tasawuf makna makrifat sering diartikan sebagai mengetahui Tuhan dari dekat atau mengetahui Tuhan dengan pengetahuan yang berasal dari hati sanubari. Oleh karena itu dalam pandangan sufi bahwa makrifat itu merupakan upaya mengenal tuhan secara langsung dengan tanpa disertai perantara dan keraguan sedikitpun dan berdasarkan petunjuk dari Tuhan, maka dapatlah dikatakan bahwa subyek dari makrifat itu adalah dzat ketuhanan, dan sifat dari makrifat tersebut adalah ilham dari Tuhan, dan makrifat itu respon dari Tuhan trhadap usaha seorang sufi didalam mencintai Tuhan. 
3)      Ittihad
Ittihad merupakan suatu tingkatan dalam tasawuf dimana sufi telah merasadirinya bersatu dengan Tuhan, saat yang mencintai dan yang dicintai telah menyatu, sehingga salah satu dari mereka dapat memanggil yang lain dengan “hai aku”.
4)      Hulul
Hulul merupakan istilah sufi seperti dikatakan oleh abu nasr al tussi didalam al lumak adalah faham yang mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat di dalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu dilenyapkan
5)      Wahdahul wujud
Untuk memahami pengertian wahdad al wujud pertama harus dipahami pengertian wahdad dan wujud. Istilah wahdah biasanya dipahami dengan pengertian kesatuan sedangkan kata wujud adalah masdar dari kata wujida yang berarti ditemukan.

C.    Prinsip-Prinsip Riyadhoh Seorang Salik
Prinsip-prinsip riyadhah seorang salik secara universal yaitu;
dalam prinsip riyadhah seorang salek, titik yang paling fundamental terdapat pada qalbu. Artinya bahwa prinsip utamanya adalah melaksanakan seluruh syariat yang ada sebagai metode dalam pembersihan jiwa, sehingga qalbu yang merupakan alat pengetahuan (lahum qulubun la yafqahuna biha) bisa teraktualkan. bahwa alam eksternal ini memiliki hakekat yang satu. Ada dhohirnya dan ada batinnya, dhohirnya menampakkan kemajemukan sedangkan batinnya menampakkan ketunggalan. maka seseorang  lebih banyak berurusan dengan Ilmu kehadiran (ilmu hudhuri). Seseorang  meyakini bahwa antara manusia dengan hakekat terjalin hubungan hudhuri dan syuhudi. seseorang itu meyakini konsep riyadhah dan mujahadah.[5]
D.    Pola Hidup Sufi Menurut Beberapa Tokoh
Pola hidup sufi menurut para tokoh-tokoh sufi:
·         Ibnu Taimiyah
Pengertian sufi menurut Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa mereka adalah sekelompok orang-orang yang memilih untuk berpakaian wol (shuf) dan mengasingkan diri dari masyarakat dan berkhalwat dalam berbagai padepokan dan pondok yang ada di dalam pegunungan (daerah-daerah yang jauh dari masyarakat). Sebagaimana pengertian sufi yang telah disebutka sebelumnya, terlihat jelas bahwa istilah sufi ada itu dinishbatkan (disandarkan) pada kata shuf yang berarti wol dengan pengertian sebagaimana yang telah disebutkan.[6]
·         Rabi’ah Al Adawiyah[7]
Dia sejak kecil memiliki tanda-tanda kejuhudan, ketaqwaan serta ke wira’an tanda-tanda itu telah tampak pada dirinya. Perwujudan cintanya kepada Allah dengan cara dzikir, menjauhkan diri dari hal-hal yang syubhat, memelihara sifat-sifat yang terpuji, berakhlakul karimah, berpenampilan simpati, ia juga telah hafal al-qur’an sejak umur 10 tahun ia memiliki ingatan yang kuat.
·         Sufyan Ats-Tsauri[8]
Beliau termasuk zahid yang berani, tidak takut dibunuh dalam mengemukakan kritik terhadap penguasa. Beliau sangat mencela kehidupan para penguasa yang bergelimang dalam kemewahan, hidup berfoya-foya dengan kekayaan negara yang diperoleh dari hasil ekspansi dan kemajuan Islam, sementara masih banyak rakyat yang hidup dalam kemelaratan. Beliau lantang memberi nasihat kepada umat islam agar jangan mengikuti perikehidupan mereka yang telah rusak moralnya itu, yang jauh dari ajaran Nabi SAW. dan para sahabat. Beliau juga melarikan diri dari Al-Mahdi ketika Khalifah itu hendak mengangkatnya sebagai Hakim Agung.
·         Imam Al-Ghozali[9]
Menurut beliau, Para Sufilah pencari kebenaran yang paling haqiqi. Menurutnya, jalan Para Sufi adalah paduan ilmu dan amal, sementara buahnya adalah keluhuran moral.
Perbedaan Al-Ghozali dengan para Sufi lainnya adalah karena beliau telah menjadikan tasawuf sebagai jalan Alloh.
·         Jalaluddin Ar-Rumi[10]
Jalaluddin Ar-Rumi dipandang sebagai Sufi yang menganut aliran kesatuan wujud. Sebagaimana Sufi-Sufi sebelumnya yang sealiran, pahamnya ini didasari atas teori fana’, seperti tampak dalam riwayat berikut :
           “ Apakah ma’na ilmu tauhid ?” hendaklah kau bakari dirimu dihadapan yang Maha Esa. Seandainya kau ingin cemerlang bagai siang hari, bakarlah eksistensimu (yang gelap) seperti malam, dan luluhkan wujudmu dalam wujud pemelihara wujud, seperti luluhnya tembaga dalam adonannya.dengan begitu kau bisa mengendalikan genggamanmu atas “Aku” dan “Kita”, dimana semua kehancuran ini tidak lain timbul dari dualisme.
E.     Implementasi Terhadap Kehidupan Terutama Bagi Hidup Kita Sendiri[11]
Sebagai makhluk Alloh, tentu saja kita harus selalu berserah diri kepada Alloh dan beribadah kepada-Nya. Hal ini sesuai dengan firman Allah:‘QS. Ad Dzariyaat: 56 yang artinya :
“Dan tidaklah kuciptakan manusia dan  jin kecuali untuk menyembah kepadaku”.
Jadi pada hakekatnya kita melakukan aktifitas kehidupan adalah dalam rangka beribadah  kepada Allah. Untuk bisa mencapai maksud tersebut kita niatkan segala amal kita untuk mencapai ridho Allah.
Sabda Nabi Muhammad SAW. yang artinya :
 “Sesunguhnya setiap amal adalah tergantung niatnya….” (HR Buchari).
Dalam kehidupan sehari-hari kita harus benar-benar berpegang pada hadits Rasullulah :
Apa-apa yang telah kami larang untukmu, maka jauhilah dan apa-apa yang telah kami perintahkan kepadamu, maka kerjakanlah sebisamu. Celakanya orang-orang sebelum kamu adalah karena banyak pertanyaan dan perselisihan terhadap nabi-nabi mereka (tidak mau taat dan patuh). (HR. Buchari – Muslim)
Dengan demikian insyaAllah dengan sendirinya kita dapat mengimplamentasikan cara hidup para ulama’ sufi ke dalam kehidupan kita.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
·           Pola hidup sufi memotivasi lahirnya hidup zuhud, motivasi lahirnya pola hidup zuhud ini adalah rasa takut, yaitu rasa takut yang muncul dari landasan amal keagamaan secara sungguh-sungguh.
·           Untuk menjadi manusia sempurna dan akhirnya dapat bersatu dengan tuhan, seseorang harus  melakukan cara atau metode kesufian. Metode yang digunakan para sufi pada umumnya adalah : takhalli, tahalli, dan tajalli.
·           Prinsip – prinsip riyadhah seorang salik secara universal yaitu :
dalam prinsip riyadhah seorang salek, titik yang paling fundamental terdapat pada qalbu.
·           Implementasi bagi kehidupan kita setelah kita mempelajari materi tersebut yaitu sebagai hamba Alloh, janganlah kita bekerja hanya untuk kepentingan dunia saja, minimal kita harus bisa menyeimbsangkan antara kehidupan dunia dan akhirat, karena kewajiban kita sebagai hamba Alloh adalah menyambah hanya kepada Alloh saja.

B.     Kritik dan Saran
_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA


Asmaran.2002.Pengantar Studi Tasawuf.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


Fu’adi, Imam.2004.Menuju Kehidupan Sufi.Jakarta: PT Bina Ilmu


Zaki Ibrahim,Muhammad.2004.Tasawuf  Hitam Putih.Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri


Citra.2011.Pola Hidup Sufi, (ONLINE), (http://citrariski.blogspot.com, di akses 9 Juni 2011)

………2008, Penyeimbangan Implementasi Islam dan Iman, (ONLINE), (http://id.wordpress.com/tag/pasca-abad-3h, di akses 9 Juni 2011)


…….2010. Prinsip Riyadhoh Seorang Salik, (ONLINE), (http://asadiku.wordpress.com, di akses 9 Juni 2011


…….2010. Tasawuf, (ONLINE), (http://blog.re.or.id/tasawuf-1, di akses 9 Juni 2011)


[1] …….2010. Tasawuf, (ONLINE), (http://blog.re.or.id/tasawuf-1, di akses 9 Juni 2011)
[2][2]Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2002), hlm.256
[3] Muhammad Zaki Ibrahim, Tasawuf  Hitam Putih (solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2004) hlm. 112

[4] Imam Fu’adi, menuju kehidupan sufi, (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), hlm. 23-61

[5] …….2010. Prinsip Riyadhoh Seorang Salik, (ONLINE), (http://asadiku.wordpress.com, di akses 9 Juni 2011)
[6] Citra.2011.Pola Hidup Sufi, (ONLINE), (http://citrariski.blogspot.com, di akses 9 Juni 2011)
[7] Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2002), hlm.274
[8] Ibid.
[9] Ibid., hlm. 338.
[10] Ibid., hlm. 369.
[11]…….2007, Penyeimbangan Implementasi Islam dan Iman, (ONLINE), (http://id.wordpress.com/tag/pasca-abad-3h, di akses 9 Juni 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar