Selasa, 24 Januari 2012

Intelegensi


A.     Pengertian Inteligensi
Kata inteligensi berasal dari bahasa latin intelligence yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain ( to organize, to relate, to bind together ).  Pengertian inteligensi memberikan bermacam-macam arti bagi para ahli.
Sehubungan dengan pengertian inteligensi ini ada yang mendefinisikan inteligensi sebagai :  “kemampuan untuk menyesuaikan diri”(Colvin) ; “teknik untuk memperoleh informasi yang disediakan oleh indra”(Hunt).
Menurut panitia istilah paedagogik yang dimaksud dengan inteligensi adalah daya menyesuaikan diri dengan keaadan baru dengan mempergunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya (Stern) (Kamus Paedagogik, 1953).
Sedangkan Lewis Hedison Terman memberikan pendapatnya inteligensi sebagai “……. the ability to carry on abstract thinking “ atau “kempuan untuk berpikir secara abstrak” (Harriman, 1958).
Terman membedakan adanya “ability” yang berhubungan dengan hal-hal yang konkrit, dan “ability” yang berhubungan dengan hal-hal yang abstrak. Orang itu inteligen kalau dapat berpikir secara abstrak yang baik
            Utami Munandar mengatakan bahwa intelegensi dapat dirumuskan sebagai berikut :
a.      Kemampuan untuk berpikir abstrak;
b.      Kemampuan untuk menangkap hubungan dan untuk belajar;
c.       Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru.

B.     Ciri-ciri Intelegensi
Menurut Whitherington intelegensi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Cepat ; makin cepat suatu pekerjaan, makin cerdaslah orang yang menyelesaikan
2.      Cekatan ; biasanya dihubungkan dengan pekerjaan tangan; dengan mudah dan ringkas menjeleskan sesuatu
3.      Tepat ; sesuai dengan tuntunan keadaan misalnya mengukur jalan yang panjang dengan besaran yang benar pula.
Penjelasan yang lebih jelas mengenai ciri-ciri perilaku intelegen ini dikemukakan oleh Ngalim Purwanto :
Ø  Masalah yang dihadapi, sedikit banyak merupakan masalah yang baru bagi yang bersangkutan
Ø  Perbuatan intelegensi, sifatnya serasi tujuan dan ekonomis
Ø  Masalah yang dihadapi, harus mengandung tingkat kesulitan tentang yang bersangkutan
Ø  Keterangan pemecahannya harus dapat diterima oleh masyarakat
Ø  Perbuatan intelegensi seringkali menggunakan daya mengabstraksi
Ø  Perbuatan intelegensi bercirikan kecepatan
Ø  Membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya pemecahan masalah yang sedang dihadapi.

C.     Faktor-Faktor dalam Inteligensi
Inteligensi tiap-tiap orang cenderung berbeda-beda. Hal ini karena beberapa factor yang mempengaruhunya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi antara lain sebagai berikut :
1.      Faktor Bawaan
Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sekak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
2.      Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi tujuan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati manusia dapat dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
3.      Faktor Pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi. Di sini dapat di bedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengarih alam sekitar.
4.      Faktor Kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkermbang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

Oleh karena itu tidak mengherankan jika anak-anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal-soal tersebut dan kematangan. Berhubungan erat dengan factor umur.
5.      Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Disamping kebebasan memilih metode, juga bebas memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.

Kelima faktor di atas sangat erat hubungannya, saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktpr saja.

Menurut Spearman inteligensi itu mengandung 2 macam faktor, yaitu :
1.      “General Ability” (Faktor G)
2.      “Special Ability” (Faktor S)
Teori dari Spearman ini dikenal dengan teori dwi factor (Two Factors Theory).
Manurut Spearman “general ability” atau “general factor” (G) terdapat pada semua individu tetapi berbeda satu dengan yang lain. Faktor G selalu didapati dalam semua “performance”. Sedangkan “special ability” (S) adalah merupakan faktor yang bersifat khusus, yaitu mengenai bidang tertentu. Dengan demikian maka jumlah faktoritu banyak, misalnya ada S1, S2, S3 dan sebagainya. Jadi kalau pada  seseorang factor S dalam bidang tertentu dominan, maka orang itu akan menonjol dalam bidang tersebut. Dapat dikemukakan bahwa menurut spearman tiap-tiap “performance” selalu ada factor G dan factor S atau dapat dirumuskan :
P = G + S

D.    Tes Inteligensi
Bagaimanakah kita dapat menentukan cerdas tidaknya seseorang ? salah satu cara ialah dengan mengemukakan tes yang disebut “ tes intelegensi “.
Tes intelegensi adalah tes yang bertujuan mengukur intelegensi; dan intelegensi adalah apa yang diukur oleh tes intelegensi.
Untuk menghasilkan tes yang baik, memang diperlukan metode yang signifikan. Hasilnya harus bersifat tidak kebetulan.
Dengan tes inteligensi dimaksudkan untuk mengungkap taraf inteligensi individu yang ditest. Orang yang pertama kali menciptakan tes inteligensi adalah Binet. Test inteligensi dari Binet mula-mula disusun dalam tahun 1905, yang kemudian mendapatkan bermacam-macam revisi baik dari Binat sendiri maupun dari para ahli lain.
Dalam tahun 1916 tes Binet direvisi, dan diadaptasi yang terkenal dengan Revisi Terman  dari Stanford University dan dikenal dengan “Stanford Revision”, atau “Stanford Binet”. Revisi ini diadakan untuk menyesuaikan tes itu dengan keadaan di Amerika, dan digunakan pengertian :
           M. A.
I.Q.  = ------
           C. A.
Untuk menghindarkan adanya angka maka rumus tersebut dikalikan 100 sehingga rumus terbentuk :

          M. A.
I.Q.  = ------   x 100
           C. A.

Ternyata tes inteligensi mengalami perkembangan terus. Pada tahun 1939 David Wechsler ada tahun 1939 David Wechsler menciptakan “individual intelligence test” yang terkenal dengan “Wechsler-Bellevue Intelligence Scale” dan pada tahun 1949 menciptakan test “Wechsler Intelligence Scale for Children” (WISC) yang diperuntukkan bagi anak-anak. Klasifikasi IQ-nya :
            Very Superior               130 + I.Q.
            Superior                       120  – 129 I.Q.
            Bright Normal              110 – 119 I.Q..
            Average                       90 – 109 I.Q,
            Dull Normal                 80 – 89 I.Q.
            Borderline                   70 – 79 I.Q.
            Mental Defective        69 and bellow I.Q. (Harriman, 1958).

Dalam tahun 1955 Wechsler menciptakan tes inteligensi untuk orang dewasa yang dikenal dengan “Wechsler Adult Intelligence Scale” atau yang disingkat dengan WAIS. Menssgenai tes ini dibicarakan secara mendalam dalam pembicaraan mengenai psikodiagnostik.






A.     Pengertian Inteligensi
Kata inteligensi berasal dari bahasa latin intelligence yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain ( to organize, to relate, to bind together ).  Pengertian inteligensi memberikan bermacam-macam arti bagi para ahli.
Sehubungan dengan pengertian inteligensi ini ada yang mendefinisikan inteligensi sebagai :  “kemampuan untuk menyesuaikan diri”(Colvin) ; “teknik untuk memperoleh informasi yang disediakan oleh indra”(Hunt).
Menurut panitia istilah paedagogik yang dimaksud dengan inteligensi adalah daya menyesuaikan diri dengan keaadan baru dengan mempergunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya (Stern) (Kamus Paedagogik, 1953).
Sedangkan Lewis Hedison Terman memberikan pendapatnya inteligensi sebagai “……. the ability to carry on abstract thinking “ atau “kempuan untuk berpikir secara abstrak” (Harriman, 1958).
Terman membedakan adanya “ability” yang berhubungan dengan hal-hal yang konkrit, dan “ability” yang berhubungan dengan hal-hal yang abstrak. Orang itu inteligen kalau dapat berpikir secara abstrak yang baik
                Utami Munandar mengatakan bahwa intelegensi dapat dirumuskan sebagai berikut :
d.      Kemampuan untuk berpikir abstrak;
e.      Kemampuan untuk menangkap hubungan dan untuk belajar;
f.        Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru.
B.      Ciri-ciri Intelegensi
Menurut Whitherington intelegensi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
4.       Cepat ; makin cepat suatu pekerjaan, makin cerdaslah orang yang menyelesaikan
5.       Cekatan ; biasanya dihubungkan dengan pekerjaan tangan; dengan mudah dan ringkas menjeleskan sesuatu
6.       Tepat ; sesuai dengan tuntunan keadaan misalnya mengukur jalan yang panjang dengan besaran yang benar pula.
Penjelasan yang lebih jelas mengenai ciri-ciri perilaku intelegen ini dikemukakan oleh Ngalim Purwanto :
Ø  Masalah yang dihadapi, sedikit banyak merupakan masalah yang baru bagi yang bersangkutan
Ø  Perbuatan intelegensi, sifatnya serasi tujuan dan ekonomis
Ø  Masalah yang dihadapi, harus mengandung tingkat kesulitan tentang yang bersangkutan
Ø  Keterangan pemecahannya harus dapat diterima oleh masyarakat
Ø  Perbuatan intelegensi seringkali menggunakan daya mengabstraksi
Ø  Perbuatan intelegensi bercirikan kecepatan
Ø  Membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya pemecahan masalah yang sedang dihadapi.
C.      Faktor-Faktor dalam Inteligensi
Inteligensi tiap-tiap orang cenderung berbeda-beda. Hal ini karena beberapa factor yang mempengaruhunya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi antara lain sebagai berikut :
6.       Faktor Bawaan
Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sekak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
7.       Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi tujuan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati manusia dapat dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
8.       Faktor Pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi. Di sini dapat di bedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengarih alam sekitar.
9.       Faktor Kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkermbang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

Oleh karena itu tidak mengherankan jika anak-anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal-soal tersebut dan kematangan. Berhubungan erat dengan factor umur.
10.   Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Disamping kebebasan memilih metode, juga bebas memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.

Kelima faktor di atas sangat erat hubungannya, saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktpr saja.

Menurut Spearman inteligensi itu mengandung 2 macam faktor, yaitu :
3.       “General Ability” (Faktor G)
4.       “Special Ability” (Faktor S)
Teori dari Spearman ini dikenal dengan teori dwi factor (Two Factors Theory).
Manurut Spearman “general ability” atau “general factor” (G) terdapat pada semua individu tetapi berbeda satu dengan yang lain. Faktor G selalu didapati dalam semua “performance”. Sedangkan “special ability” (S) adalah merupakan faktor yang bersifat khusus, yaitu mengenai bidang tertentu. Dengan demikian maka jumlah faktoritu banyak, misalnya ada S1, S2, S3 dan sebagainya. Jadi kalau pada  seseorang factor S dalam bidang tertentu dominan, maka orang itu akan menonjol dalam bidang tersebut. Dapat dikemukakan bahwa menurut spearman tiap-tiap “performance” selalu ada factor G dan factor S atau dapat dirumuskan :
P = G + S
D.     Tes Inteligensi
Bagaimanakah kita dapat menentukan cerdas tidaknya seseorang ? salah satu cara ialah dengan mengemukakan tes yang disebut “ tes intelegensi “.
Tes intelegensi adalah tes yang bertujuan mengukur intelegensi; dan intelegensi adalah apa yang diukur oleh tes intelegensi.
Untuk menghasilkan tes yang baik, memang diperlukan metode yang signifikan. Hasilnya harus bersifat tidak kebetulan.
Dengan tes inteligensi dimaksudkan untuk mengungkap taraf inteligensi individu yang ditest. Orang yang pertama kali menciptakan tes inteligensi adalah Binet. Test inteligensi dari Binet mula-mula disusun dalam tahun 1905, yang kemudian mendapatkan bermacam-macam revisi baik dari Binat sendiri maupun dari para ahli lain.
Dalam tahun 1916 tes Binet direvisi, dan diadaptasi yang terkenal dengan Revisi Terman  dari Stanford University dan dikenal dengan “Stanford Revision”, atau “Stanford Binet”. Revisi ini diadakan untuk menyesuaikan tes itu dengan keadaan di Amerika, dan digunakan pengertian :
             M. A.
I.Q.  = ------
             C. A.
Untuk menghindarkan adanya angka maka rumus tersebut dikalikan 100 sehingga rumus terbentuk :

             M. A.
I.Q.  = ------   x 100
             C. A.

Ternyata tes inteligensi mengalami perkembangan terus. Pada tahun 1939 David Wechsler ada tahun 1939 David Wechsler menciptakan “individual intelligence test” yang terkenal dengan “Wechsler-Bellevue Intelligence Scale” dan pada tahun 1949 menciptakan test “Wechsler Intelligence Scale for Children” (WISC) yang diperuntukkan bagi anak-anak. Klasifikasi IQ-nya :
                Very Superior                    130 + I.Q.
                Superior                              120  – 129 I.Q.
                Bright Normal                   110 – 119 I.Q..
                Average                               90 – 109 I.Q,
                Dull Normal                       80 – 89 I.Q.
                Borderline                          70 – 79 I.Q.
                                Mental Defective            69 and bellow I.Q. (Harriman, 1958).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar